REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Kajian, Pembelaan dan hukum lingkungan Walhi Zenzi Suhadi mengatakan, sudah memberi peringatan kepada pemerintah terkait peningkatan kembali jumlah titik panas (hotspot) di beberapa wilayah di Indonesia.
Walhi, ia katakan, telah mengingatkan agar pemerintah membuat mekanisme dan sistem yang urgent untuk merespon dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Jangan sampai pemerintah ketika terjadi karhutla seperti sibuk sekali dan setelah itu pemerintah ga melakukan apa-apa," katanya kepada Republika.co.id, Senin (8/8).
Ia mengatakan, karena kerja pemerintah yang sifatnya responsif terhadap kejadian karhutla, maka terkesan proses hukum seperti di Riau dan Kalimantan Barat justru dilakukan Surat Perintah Penghentian Perkara (SP3) terhadap perusahaan yang mengalami Karhutla di konsesinya.
Ia menambahkan, proses penegakan hukum itu seharusnya ada mekanisme pemantauan dari masyarakat. Selain itu, proses penegakan hukum harus terintegrasi dengan proses tehdap perdatanya.
"Artian proses yang dijalankan kepolisian itu terintegrasi dengan yang dijalankan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sehingga ketika misal Kepolisian mau SP 3, enggak bisa ambil keputusan begitu saja," lanjutnya.
Ia tidak heran jika karhutla terulang kembali, lantaran proses penanganan karhutla pada 2015 masih jauh dari fungsi yang seharusnya diambil oleh negara. Ia menilai, pemerintah cenderung menghindari upaya yang seharusnya dilakukan.
"Negara punya kemampuan menghentikan dan negara ini mengetahui kejadian dan tahu juga upaya ideal yang harus dilakukan tapi cenderung dihindari," ungkapnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kondisi cuaca yang makin kering telah menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah titik panas (hotspot) di beberapa wilayah di Indonesia.
Berdasarkan laporan Lapan disebutkan bahwa satelit Modis dengan sensor Terra dan Aqua mendeteksi 232 hotspot yaitu 159 hotspot pada tingkat kepercayaan sedang (30 - 79%) dan 73 hotspot tingkat kepercayaan tinggi (80-100 persen) pada Ahad (7/8).
Tingkat kepercayaan sedang artinya berdasarkan suhu yang terekam di daratan ada potensi wilayah tersebut terbakar, sedangkan tingkat kepercayaan tinggi menunjukkan bahwa wilayah tersebut sedang terbakar.