REPUBLIKA.CO.ID, QUETTA -- Motif serangan terhadap kerumunan pengacara di rumah sakit Quetta masih belum pasti, Senin (8/8). Kelompok Jamaat-ur-Ahrar, faksi dari kelompok militan Taliban Pakistan telah mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut.
Namun otoritas belum memastikannya. Kelompok tersebut pernah mengklaim sebuah serangan namun kenyataannya mereka tidak terlibat. Terlepas dari klaim kelompok, motif serangan masih belum jelas.
Beberapa pengacara telah jadi target dalam serangan-serangan skala kecil di Quetta, ibukota Baluchistan dalam beberapa waktu terakhir. Wilayah ini punya sejarah kekerasan separatis dan tempat berkumpul militan.
Korban terakhir adalah pengacara bernama Bilal Anwar Kasi. Ia ditembak mati dan dibawa ke Civil Hospital sebelum serangan bom bunuh diri terjadi. Anwar Kasi ditembak oleh orang tak dikenal ketika dalam perjalanan ke kompleks pengadilan kota.
Anwar Kasi adalah presiden Baluchistan Bar Association. Juru bicara pemerintah Baluchistan, Anwar ul Haq Kakar menduga serangan bom bunuh diri itu menargetkan para kolega pengacara Anwar Kasi yang berkumpul pascakematiannya.
"Sepertinya serangan ini sudah direncanakan sebelumnya," kata Anwar. Presiden Supreme Court Bar Association Pakistan, Ali Zafar mengatakan pengacara jadi target karena menyuarakan hak rakyat dan menyerukan demokrasi.
"Para pengacara tidak hanya akan memprotes serangan ini tapi juga mempersiapkan rencana aksi jangka panjang," kata Zafar. Polisi mengawal rumah sakit pascaserangan. Perdana Menteri Nawaz Sharif dan Ketua Jenderal Militer Raheel Sharif mengunjungi para korban luka pada Senin malam.
Serangan ini merupakan serangan paling mematikan di Pakistan setelah pengeboman pada hari Paskah di taman Lahore. Serangan ini menewaskan sedikitnya 72 orang. Kelompok Jamaat-ur-Ahrar juga mengklaim serangan tersebut.
Baca juga: Pengacara Tewas Korban Bom Bunuh Diri di Pakistan Terus Bertambah