Selasa 09 Aug 2016 08:49 WIB

Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Diharapkan Bisa Promosi Budaya Tangerang

Red: Bilal Ramadhan
Menpar Arief Yahya meninjau fasilitas di terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta.
Foto: Kemenpar
Menpar Arief Yahya meninjau fasilitas di terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Wali Kota Tangerang, Banten, Arief R Wismansyah berharap seni dan budaya Tangerang atau Banten bisa dipromosikan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

Wali Kota di Tangerang, Selasa, mengatakan budaya dan seni tersebut antara lain gambang keromong, Silat Beksi, pencak silat, tari nyimas melati, lenong betawi hingga pentas komunitas bujug buneng.

Ia mengatakan keberadaan Bandara Internasional Soekarno Hatta harus bisa dioptimalkan secara positif bagi kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang dan Provinsi Banten.

"Kapasitas bandara akan ditingkatkan dari 66 juta ke 88 juta penumpang dari target 100 juta penumpang per-tahun. Artinya itu bisa menjadi peluang bagi kami, termasuk bagaimana kita memperkenalkan budaya Tangerang atau Banten ke dunia, termasuk budaya Sunda yang menjadi bagian dari masyarakat Banten," katanya.

Namun demikian, lanjut Wali Kota, keberadaan Bandara Internasional Soekarno Hatta di satu sisi juga akan memberikan ekses negatif jika masyarakat Banten khususnya Tangerang tidak menyiapkan diri secara maksimal terutama dari sisi kualitas SDM.

"Oleh karenanya Pemkot Tangerang terus berupaya untuk mempertahankan budaya khas Tangerang yang heterogen ditengah gerusan budaya lokal, terutama oleh peredaran narkoba yang makin hari makin mengenaskan, makanya Pemkot Tangerang berupaya untuk membentengi masyarakat terutama generasi muda dengan membangun BNN Kota Tangerang," ujarnya.

Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang dianugerahi dengan keragaman budaya, namun keragaman di Kota Tangerang terasa sangat unik.

Hal ini terlihat dari keberadaan Sungai Cisadane yang tidak hanya memisahkan wilayah Kota Tangerang secara geografis namun juga secara budaya, dimana masyarakat di sisi timur Sungai Cisadane menggunakan Dialek Betawi sebagai bahasa keseharian.

Namun di sisi barat Sungai Cisadane masyarakatnya menggunakan Dialek Sunda khas Tangerang. Kenapa dibilang Dialek Sunda khas Tangerang, di samping karena terkesan lebih kasar juga karena ada beberapa kata yang sangat berbeda bila dibanding dengan bahasa Sunda di bumi Pasundan umumnya.

Seperti istilah untuk mengungkapkan padanan kata sangat, di mana orang Sunda Tangerang akan menyebut dengan kata "Jasa" dan bukan kata "Pisan" yang biasa digunakan oleh masyarakat Pasundan pada umumnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement