Selasa 09 Aug 2016 14:54 WIB

STMIK Nusa Mandiri Gelar KNIT 2016

Suasana Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT) 2016, di BSI Convention Center, Bekasi, Sabtu (6/8/2016).
Foto: Dok BSI
Suasana Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT) 2016, di BSI Convention Center, Bekasi, Sabtu (6/8/2016).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- STMIK Nusa Mandiri menggelar Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT) 2016  di BSI Convention Center Hall C, Kaliabang - Bekasi Utara, Jawa Barat, Sabtu (6/08/16).

Hadir dalam acara tersebut perwakilan Kopertis Wilayah 3  Budi Heri Pancasilawan,  pengurus Yayasan Nusa Mandiri Naba Aji Notoseputro, beberapa kepala program studi dari masing-masing program studi, dosen dan mahasiswa STMIK Nusa Mandiri.

"Sesuai dengan temanya yaitu peran digital megatrends dalam berbagai aspek keilmuan, seminar ini memang diselenggarakan untuk melihat plan-plan digital. Yang saya cermati sekarang digital sangat luar biasa, namun edukasinya kurang. Kita seharusnya sebagai dosen sudah harus dapat mengubah pengajaran ke arah digital. Harapan saya semoga seminar ini dapat terus berkembang dengan kajiaan yang lebih banyak lagi, serta dapat bermanfaat bagi kita dan bagi masyarakat,” ujar Naba Aji.

Budi Heri Pancasilawan mengemukakan, pihaknya menaruh harapan  kepada  Nusa Mandiri dengan diselenggarakannya  acara tersebut. "Kami berharap Nusa Mandiri tak hanya mengadakan event-event ini namun juga mengadakan seminar softskill bagi pengajar,”  ujar Budi Heri Pancasilawan.

Seminar yang mengusung tema “Peran Digital Megatrends Dalam Berbagai Aspek Keilmuan" tersebut menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya masing-masing. Mereka adalah  Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI Hikmahanto Juwana, Founder & CEO Citasia Inc Farid Subkhan, dan Presiden Direktur PT  Bintang Toedjoeh Simon Jonatan.

     

Hikmahanto Juwana menjelaskan tentang fungsi dan peran dari digital. “Digital tak hanya membawa dampak positif tetapi juga negatif. Peran kita yakni harus bersinergi untuk memilah apakah itu dampak positif atau negatif,” kata Hikmahanto Juwana.

Farid Subkhan sebagai pengamat dunia digital dan konsultan menuturkan bahwa sebagai pelaku bisnis  harus lebih kompetitif dalam dunia digital. Sesi terakhir menampilkan  Simon Jonatan yang menjelaskan dari sisi marketing dikaitkan dengan peran digital.

Naba Aji Notoseputro memberikan cinderamata kepada para narasumber. Setelah itu acara dilanjutkan dengan presentasi dari masing-masing pemakalah di ruang masing-masing yang telah ditentukan oleh panitia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement