REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengemukakan bahwa jumlah nilai emisi penerbitan surat utang atau obligasi mendominasi pipeline penggalangan dana melalui pasar modal pada awal Semester II 2016.
"Pada Semester II ini penggalangan dana melalui pasar modal itu ada sekitar Rp 15 triliun. Dari jumlah itu kebanyakan obligasi," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida di Jakarta, Selasa (9/8).
Menurut dia, nilai emisi itu berpotensi bertambah menjelang batas akhir deklarasi periode pertama pada September dan periode kedua pada Desember. Hal itu dikarenakan pemberlakuan tarif tebusan relatif rendah sehingga akan mendorong dana repatriasi masuk ke dalam negeri.
"Lihat nanti di September dan Desember, nilai emisi akan meningkat jauh dari 'pipeline' yang ada saat ini. Nanti akan banyak 'demand' produk baru," katanya.
Nurhaida juga mengemukakan bahwa per 5 Agustus 2016 nilai emisi penggalangan dana melalui pasar modal mencapai sekitar Rp 99 triliun. Ke depan, jumlah itu berpotensi meningkat karena adanya sentimen positif dari dalam negeri terutama dengan adanya program amnesti pajak.
Di sisi lain, lanjut dia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga akan gencar meluncurkan program-programnya, terutama dalam mengembangkan infrastruktur. "Kondisi itu tentu memerlukan pembiayaan. Kalau BUMN menerbitkan obligasi, itu juga bagian dari penggalangan di pasar modal," ujarnya.
"Jadi kalau dilihat apakah pendaaan perekonomian melalui pasar modal tumbuh atau tidak, jawabannya bertumbuh. Emiten-emiten itu kan adanya di sektor riil sehingga kemudian kan membantu sektor riil," kata Nurhaida menambahkan.
Sementara itu, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), penggalangan dana di pasar modal melalui mekanis IPO, right issue, dan konversi waran di sepanjang Januari hingga Juni 2016 telah mencapai Rp 16,76 triliun. Sementara itu, total emisi obligasi dan sukuk hingga Juli 2016 senilai Rp 57,81 triliun.