REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Setelah insiden penembakan jatuh jet tempur Rusia oleh Turki di perbatasan Suriah, yang menewaskan dua pilot Rusia, hubungan antara Turki dan Rusia merenggang. Keadaan semakin buruk setelah Turki menegaskan untuk tidak meminta maaf kepada Rusia.
Krisis di bidang politik ini memiliki implikasi terhadap sektor ekonomi dan industri pariwisata di Turki. Ekspor makanan Turki ke Rusia diberhentikan, dan perusahaan besar Turki yang terlibat dalam pariwisata, konstruksi dan ritel bisnis di Rusia mulai mengalami kesulitan serius.
Ini merupakan pukulan besar bagi Turki, ditambah dengan serangan bom bunuh diri oleh kelompok Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Negara Islam Irak dan Suriah di ibu kota Turki, Juni lalu.
Krisis di berbagai sektor ini akhirnya membuat Turki kelimpungan. Seperti dikutip Hurriyetdailynews, perusahaan besar Turki yang terlibat dalam sektor pariwisata, konstruksi dan bisnis ritel mulai kesulitan.
Dalam beberapa perkembangan politik terakhir, Turki mulai sedikit mencari dan membuka jalan perbaikan hubungan kedua negara. Presiden Recep Tayyip Erdogan menyampaikan surat permohonan maafnya ke Rusia pada 27 Juni 2016 atas insiden penembakan itu.
Pada Selasa (9/8) kemarin, Erdogan bahkan mengunjungi Rusia dan bertemu langsung presiden Putin. Namun ternyata perbaikan hubungan kedua negara melibatkan sejumlah aktor kunci.
Baca juga, Turki Merapat ke Rusia.
Menurut Ibrahim Kalin, juru bicara Erdogan, pebisnis Cavit Caglar memiliki peran penting dalam menyelesaikan krisis. Begitu juga Nursultan Nazarbayev dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Turki Hulusi Akar.