REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia memberikan apresiasi kepada Triyatno yang telah berjuang dalam pertandingan kelas 69 kg putra Olimpiade 2016 meskipun akhirnya gagal.
"Kami memang sudah memperkirakan peluangnya di nomor ini, melihat lawan-lawannya yang berat. Saya hanya memberi semangat agar dia berjuang semaksimal mungkin dan Triyatno sudah melakukannya," kata Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia Rosan P. Roeslani usai menyaksikan penampilan Triyatno di Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (9/8) malam waktu setempat atau Rabu (10/8) WIB.
Triyatno gagal mempertahankan medali perak yang pernah diraihnya pada Olimpiade 2012. Rosan memaklumi beratnya peluang Triyatno, apalagi di kelas ini persaingan cukup ketat terutama dari lifter-lifter China dan negara-negara bekas Uni Soviet. "Makin tinggi kelasnya, makin berat persaingan bagi Indonesia. Secara postur fisik saja sudah terlihat kita kalah," kata Rosan yang ikut mendampingi para lifter Indonesia selama berada di Brasil tersebut.
Ia yakin nantinya di kelas 69 kilogram ini akan ada lifter lainnya yang bisa menyamai prestasi puncak seperti yang pernah dicatat Triyatno di Olimpiade London 2012.
"Kaderisasi akan terus berjalan untuk Olimpiade berikutnya yang masih empat tahun lagi. Lifter-lifter kita juga perlu diperkuat secara teknik dan mental," ujar Rosan yang juga Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) itu.
Menurut Rosan, hal yang juga penting diperhatikan adalah nutrisi para atlet. Selain pelatih, katanya, para atlet sendiri juga harus mengerti soal nutrisi ini sehingga mereka dapat tetap menjaga perfomanya.
Cabang angkat besi pada Olimpiade 2016 ini telah meraih dua medali perak yakni melalui Eko Yuli Irawan di kelas 62 kilogram putra, dan Sri Wahyuni ke kelas 48 kilogram putri. Pencapaian angkat besi di Rio de Janeiro ini merupakan yang terbaik dibanding pada Olimpiade-Olimpiade sebelumnya.