REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tujuh partai politik yakni PDIP, Gerindra, PKB, PPP, Demokrat, PAN, PKS, sepakat membentuk Koalisi Kekeluargaan dalam gelaran Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Namun, soliditas koalisi ini akan sangat bergantung dengan sosok Calon Gubernur (Cagub) yang bakal disodorkan PDIP.
Pengamat politik dari Unas Mohammad Hailuki menilai, koalisi yang dibentuk partai politik bukan sebatas untuk mengusung Cagub, tapi agar bisa menang di gelaran Pilkada DKI Jakarta.
''Parpol tentu ingin sosok yang probabilitas menangnya tinggi, maka pemilihan sosok cagub akan sangat penting,'' ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (10/8).
Tidak hanya itu, Hailuki menambahkan, kelanjutan dari Koalisi Kekeluargaan akan bergantung pada dua hal. Pertama, kesepakatan yang terjadi antara Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum DPP Gerindra, Prabowo Subianto. Kesepakatan antara dua tokoh itu, ujar Hailuki, akan semakin meningkatkan bargaining politik yang lebih besar.
''Keduanya dipandang memiliki bargaining politik lebih dibanding partai-partai yang lain, baik dari sisi jumlah kursi atapun elektabilitas kandidat kadernya,'' ujar peneliti di Centre for Indonesia Political and Social Studies (CIPSS) tersebut.
Sementara pada aspek kedua, nasib Koalisi Kekeluargaan akan bergantung pada sosok cagub yang disodorkan oleh PDIP. Hal ini lantaran PDIP dianggap memiliki kader ataupun sosok yang disodorkan PDIP akan memiliki probabilitas kemenangan yang cukup tinggi.
''Sosok cagub yang akan disodorkan PDIP ikut menentukan, karena berkaitan dengan probabilitas kemenangan,'' katanya.