REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (10/8), menuduh Ukraina menggunakan taktik teroris untuk mencoba memprovokasi konflik baru dan menggoyah Crimea yang telah dianeksasi Rusia. Komentar ini keluar setelah Rusia mengatakan telah menggagalkan dua upaya warga Ukraina bersenjata untuk menyabotase semenanjung yang disengketakan.
Layanan keamanan Rusia, FSB, mengatakan dua orang tewas dalam bentrokan dan pasukannya telah membongkar jaringan mata-mata Ukraina dalam Crimea. Kiev membantah pernyataan dan menyebut itu merupakan upaya Moskow meningkatkan konflik ke arah perang.
Presiden Rusia menuduh Kiev bermain permainan berbahaya. Putin juga mengatakan tak ada gunanya putaran baru pembicaraan mengenai proses perdamaian di Ukraina Timur.
"Orang-orang yang merebut kekuasaan di Kiev, telah beralih ke taktik teror bukan mencari cara untuk penyelesaian damai. Upaya untuk memprovokasi pecahnya kekerasan, memprovokasi yang tak lain untuk mengalihkan perhatian masyarakat (Ukraina) dari masalah," ujar Putin seperti dilaporkan Reuters.
Komentar Putin ini menimbulkan kekhawatiran, Rusia akan terus memperkuat militer Ukraina dan mungkin mempertimbangkan aksi militer baru.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan tuduhan Rusia merupakan dalih sinis untuk membuat ancaman militer lebih besar melawan Ukraina.
"Tuduhan Rusia mengenai aksi terorisme Ukraina di Crimea, terdengar tak masuk akal dan sinis seperti pernyataan pemimpin Rusia bahwa tak ada pasukan Rusia di Donbass (wilayah Ukraina)," katanya.