REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan latihan perang akan dilakukan oleh pasukan angkatan laut negara itu, Kamis (11/8). Hal ini terjadi sehari setelah adanya tuduhan provokasi konflik Krimea dilakukan oleh Ukraina.
Hal ini memicu kekhawatiran Rusia mungkin berencana melakukan pertempuran dengan Ukraina. Pada 2014, Kiev dan separatis pro-Rusia terlibat dalam puncak perang. Namun, proses perdamaian telah dilakukan kedua belah pihak.
Putin menuding Ukraina telah mengirimkan orang untuk memprovokasi tindakan terorisme di Krimea. Karena itu, ia berjanji mengambil langkah-langkah dengan tujuan melaksanakan serangan balasan.
Ukraina mengatakan tuduhan tersebut palsu dan merupakan dalih Rusia untuk meningkatkan ketegangan dua negara. Bahkan, Putin dinilai mencoba merusak proses perdamaian yang tengah berlangsung di Ukraina. Selain itu, ada kemungkinan Putin sengaja mengobarkan gairah nasionalis menjelang pemilihan parlemen bulan depan.
Putin yang bertemu dengan pasukan militer dan intelijen negaranya disebut telah mempersiapkan langkah kontraterorisme. Penjagaan atas Krimea akan dilakukan di perbatasan darat, lepas pantai, hingga udara.
Presiden Ukraina Petro Poroschenko memerintahkan semua unit pasukan di dekat Krimea bersiap menghadapi pertempuran. Namun, ia juga akan mengadakan pembicaraan dengan Putin bersama dengan sejumlah pemimpin dunia lainnya dari Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat (AS).