REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah menyatakan Indonesia berpeluang memenuhi kebutuhan kopi dunia yang permintaannya terus meningkat.
"Sebetulnya kalau permintaan kopi dari pasar-pasar ekspor yang biasa, seperti Jepang, Amerika Serikat, Eropa Barat, Italia, dan Spanyol masih stabil. Meski demikian ada beberapa negara yang peminum kopinya bertambah banyak," kata Wakil Ketua AEKI Jateng Mulyono Susilo di Semarang, Jumat (12/8).
Beberapa negara dengan banyak peminum kopi, di antaranya Korea, Cina, dan sebagian negara-negara di Eropa Timur. Dia mengatakan Organisasi Kopi Internasional (ICO) memprediksikan pada 2020 akan terjadi defisit kopi 10 juta karung dengan perhitungan satu karung berisi 60 kg kopi.
"Defisit ini terjadi akibat kenaikan konsumsi di Cina dan negara-negara produsen seperti Indonesia dan Vietnam. Pertanyaannya 10 juta karung ini dari negara mana. Dalam hal ini Indonesia ada kesempatan untuk memenuhi kekurangan kopi dunia," katanya.
Untuk dapat memanfaatkan kesempatan tersebut, saat ini seluruh pihak baik pemerintah, pengusaha atau eksportir, maupun petani harus sama-sama membangun di hulunya. "Kami harapkan hasilnya positif. Harapannya petani-petani muda mau berperan kembali ke perkebunan," katanya.
Selain itu, diharapkan petani bersedia menerima arahan untuk merawat tanaman agar lebih produktif, salah satunya dengan metode pruning atau pemangkasan. Jika metode itu diterapkan hasil buah kopi akan semakin banyak dan berkualitas.
"Di Vietnam dan Brasil program pruning dijalankan. Selesai panen cabang yang kurang bagus akan di-pruning, tahun depan akan keluar cabang baru yang segar, tahun berikutnya akan terjadi pembungaan yang maksimal. Ini yang membuat produksi mereka sangat besar," katanya.