REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonsia (MUI) menggelar acara Malam Anugerah Syiar Ramadhan 1437 H. Acara ini merupakan rangkaian akhir dari kegiatan Syiar Ramadhan yang dilaksanakan Komisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) MUI.
"Pada babak awal, kami bekerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), telah melakukan pantauan terhadap siaran televisi yang hasil evaluasinya telah disiarkan secara terbuka pada pers pertengahan Ramadhan silam," ujar Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin, Sabtu (13/8).
Menurut Kiai Ma'ruf kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian MUI agar televisi menghadirkan tontonan yang ramah terhadap umat yang tengah beribadah Ramadhan. Sebagai organisasi payung ormas Islam serta sebagai jembatan penghubung umat, Kiai Ma'ruf mengatakan MUI bertanggung jawab untuk mengawal tontonan yang dihadirkan untuk umat.
Kiai Ma'ruf berharap tontonan yang ramah serta menghibur, informasi yang cerdas dan membawa keteladanan tidak hanya dihadirkan di bulan Ramadhan saja, tetapi juga setiap bulan atau sepanjang tahun.
Dia mengatakan publik dengan dilindungi undang-undang penyiaran, harus mendapatkan info dan hiburan yang sehat serta mencerdaskan dari siaran televisi. "Kegiatan ini merupakan bagian dari melihat dan mengkritisi media khususnya televisi," kata Kiai Ma'ruf menerangkan.
Kiai Ma'ruf menjelaskan ada enam kategori dalam penghargaan ini yaitu talent show, talk show, sinetron, reality show, feature/ dokumenter dan ceramah. Kategori talent show berhasil dimenangkan RCTI dengan program Hafidz Indonesia, serta kategori talk show dimenangkan TVRI dengan program Fatwa.
Sedangkan kategori sinetron kemenangan berhasil diperoleh SCTV dengan program Para Pencari Tuhan Jilid 10 dan kategori reality show dimenangkan RTV dengan program Ku Penuhi PanggilanMu.
Sementara itu, program Muslim traveler yang ditayangkan NET TV berhasil memenangkan kategori feature/ dokumenter. Serta kategori ceramah dimenangkan oleh TV ONE dengan program Damai Indonesiaku.
Dalam penilaian program televisi, Komisi Infokom MUI melibatkan delapan dewan juri. Para dewan juri ini mewakili, kalangan intelektual kampus, tokoh masyarakat, serta pihak KPI dan MUI.