REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki mengatakan tidak akan berkompromi dengan Amerika Serikat (AS) mengenai ekstradisi ulama Fethullah Gulen. Peringatan tersebut disertai dengan ancaman bahwa akan ada sikap anti AS di negara tersebut jika ektradisi gagal dilakukan.
Perdana Menteri Binali Yildirim mengatakan Gulen harus diektradisi untuk kemudian menjalani penahanan di Turki. Ia disebut sebagai sosok yang mendalangi kudeta militer gagal di negara tersebut pada 15 Juli lalu.
Kejaksaan Istanbul juga telah membuat surat kepada otoritas AS dan meminta penahanan untuk ulama tersorohor tersebut. Selama ini, tepatnya sejak 1999 lalu Gulen diketahui menetap di sebuah pedesaan di Pennsylvania, AS.
"Tidak ada kompromi akan hal itu karena ia adalah kepala tindakan terorisme yang harus menjalani penuntutan di Turki," ujar Yildirim, dilansir Reuters, Ahad (14/8).
Ia menambahkan satu-satunya acara untuk mencegah meningkatnya sentimen terhadap AS adalah dengan menyerahkan Gulen. Yildirim juga memastikan proses peradilan akan berjalan sesuai dengan yang seharusnya terhadap ulama tersebut.