REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepak bola nasional kembali ternoda. Sebuah insiden penganiayaan terhadap ofisial pertandingan terjadi pada Indonesia Soccer Championship (ISC). Kali ini peristiwa memalukan terjadi pada laga antara PSS Sleman menjamu Persinga Ngawi di Stadium (7/8).
Pada laga tersebut sejumlah pemain tim tamu melakukan pengeroyokan terhadap asisten wasit hingga babak belur. Akibatnya sejumlah stakeholder sepak bola mengecam aksi bar-bar pemain Persinga Ngawi. Pertandingan terusan ISC B itu sendiri berakhir untuk kemenangan PSS Sleman dengan skor telak 3-0.
Insiden tak terpuji itu terjadi setelah PSS Sleman mencetak gol ketiga lewat tendangan keras Riski Novriansyah. Bola mengenai tiang bagian atas dan memantul ke bawah. Tim tamu menganggap bola belum melewati garis meskipun dari tayangan ulang video menunjukkan bola telah masuk.
Asisten wasit dua asal Bandung, Iswah Indiarto yang mengesahkan gol itu dikeroyok sejumlah pemain Persinga. Dia mengalami memar di wajah bagian kanan dan kiri, serta pinggang. Laga sempat dihentikan di menit ke-61. Iswah sendiri tidak mampu melanjutkan pertandingan kemudian digantikan wasit cadangan Ginanjar Rahman Latif.
Sebelumnya pada babak pertama, asisten wasit satu Asep Rohaendi asal Bandung juga mengalami pemukulan pemain tamu. Itu setelah pada menit ke-4 PSS mencetak gol melalui sundulan Tri Handoko yang memantul ke tanah. Gol tersebut juga diprotes oleh pemain-pemain Persinga, meski tidak sebrutal insiden kedua.
Sebenarnya pada insiden pertama tim tamu yang tidak puas dengan kepemimpinan wasit sempat keluar lapangan setelah terjadi aksi pemukulan dengan perangkat pertandingan di menit 61. Pengawas pertandingan memberi waktu 2×15 menit untuk meminta tim tamu kembali bermain.
Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) mengecam keras aksi bar-bar pemain Persinga Ngawi yang melakukan pengeroyokan terhadap asisten wasit. Selain itu, APPI juga meminta maaf kepada wasit dan assisten wasit yang memimpin laga antara Persinga dengan PSS Sleman tersebut.Dia juga meminta kepada para pesepakbola Indonesia agar tidak hanya menuntut hak, tapi menjalankan kewajiban lebih dulu secara sportif.
Selanjutnya, APPI menyerahkan sepenuhnya kepada komisi disiplin untuk memeriksa dan memberikan sanksi yang seadil-adilnya. Sebab aksi brutal kepada pengadil lapangan itu bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya, Jandia Eka Putra dan Christhover Manuel Sibi dihukum oleh Komisi Disiplin (Komdis) ISC. Keduanya terbukti melakukan pemukulan terhadap wasit pada saat bertandang ke markas Perseru Serui beberapa waktu yang lalu.
"APPI mengecam segala bentuk tindakan penganiayaan, kekerasan dan protes berlebihan yang dilakukan oleh pesepakbola Persinga yang terlibat dalam insiden tersebut," tulis APPI di akun media sosialnya, Rabu (10/8).
Kecaman juga dilayangkan pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Bahkan Kemenpora sampai mengeluarkan peringatan keras terhadap PT Gelora Trisula Semesta (PT GTS) selaku operator ISC. Dalam surat bernomor 737/D.IV/VIII/2016 PT GTS diminta sangat segera menjalankan peringatan. Isinya, agar mereka menindaklanjuti pelanggaran yang terjadi di kompetisi kasta kedua itu. Selain itu Kemenpora meminta PT GTS ?untuk bertanggung jawab terhadap insiden tersebut, sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawab yang dimilikinya tersebut dalam regulasi ISC.
Maka dari itu, PT GTS diminta tak hanya antisipatif terhadap laga-laga berisiko tinggi atau rawan rusuh, tapi juga bisa memantau potensi terjadinya kerusuhan. Tak hanya itu, Kemenpora juga mengancam PT GTS akan kembali menurunkan sanksi apabila insiden serupa terulang lagi. "Kemenpora meminta kepada PT GTS untuk menyampaikan laporan secara lengkap penanganan insiden tersebut? kepada menteri pemuda dan olahraga paling lambat pada 18 Agustus," bunyi poin dalam surat tersebut.