Senin 15 Aug 2016 05:49 WIB

Imam Masjid Tewas Ditembak, Muslim New York Salahkan Trump

Rep: Amri Amrullah/ Red: Hazliansyah
Polisi melakukan olah TKP pembunuhan imam masjid di Queens, Amerika Serikat
Foto: Reuters
Polisi melakukan olah TKP pembunuhan imam masjid di Queens, Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Warga muslim di New York berkumpul di Masjid Queens beberapa jam setelah kasus penembakan yang menewaskan Imam Masjid Queens Maulama Akonjee, (55) dan asistennya Thara Uddin, (65), pada Ahad (14/8) atau Sabtu waktu setempat.

Muslim wilayah Queens menilai penembakan yang berasal dari kejahatan rasial dan Islamophobia berlebihan, merebak di AS karena kampanye negati calon Presiden Partai Republik, Donald Trump.

Khairul Islam (33), muslim yang juga warga setempat mengatakan kepada Daily News. "Kami menyalahkan Donald Trump untuk ini. Trump dan drama telah menciptakan Islamophobia."

"Bagi mereka dalam kepemimpinan seperti Trump dan Rudy Giuliani (mantan Walikota New York) dan anggota lain dari lembaga yang memproyeksikan Islam dan Muslim sebagai musuh, ini adalah hasil akhir dari kejahatan mereka," kata seorang muslim lain yang ikut berkumpul sekitar halaman masjid di Ozone Park.

Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR) New York, Afaf Nasher mengatakan penembakan ini menjadi pelajaran. Ia menegaskan kepada waga AS, tidak perlu menjadi seorang Muslim, tidak perlu menjadi orang yang beriman, hanya perlu menjadi orang berhati nurani umelihat kasus ini.

"Bayangkan ayahmu ditembak tanpa alasan, kemudian dibiarkan begitu saja. Apakah ini tidak memotivasi Anda, untuk bersuara dan saya terutama mengatakan ini kepada orang-orang baik di dalam komunitas muslim maupun di luar. Setiap orang dari kita memiliki tanggung jawab, "kata dia.

Polisi mengatakan sejauh ini tidak ada bukti tewasnya Imam dan asistennya itu dikarenakan status mereka sebagai muslim. Menurut Wakil Inspektur Henry Sautner dari kepolisian setempat, pelaku penembakan masih buron.

Menurut Sautner, pelaku penembakan adalah laki-laki dengan kulit menengah mengenakan kemeja polo gelap dan celana pendek. Pihak berwenang menambahkan bahwa motif pembunuhan belum bisa dipastikan, tetapi anggota masyarakat, terutama umat Islam, menyebut sebagai kejahatan rasial.

Kejahatan terhadap umat Islam AS belakangan mengalami peningkatan tajam. Hal ini menyusul serangan teroris di Paris dan San Bernadino akhir 2015.

Sementara calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump terus menyerukan anti terhadap umat Islam, termasuk usulannya melarang muslim memasuki wilayah Amerika Serikat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement