REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Insitut Teknologi Bandung (ITB) menegaskan, mereka tidak hanya mengajarkan mahasiswanya tentang teknologi, tapi juga cara berbisnis. Hal ini sudah sesuai dengan deklarasi ITB untuk menuju Entrepreneurial University sejak Januari tahun lalu.
Menurut Rektor ITB, Kadarsah Suryadi, insitutnya memang tidak hanya menghasilkan lulusan yang siap bekerja (profesional) maupun peneliti. “Intinya dari deklarasi itu, kita ingin menghasilkan tiga jenis lulusan, yakni orang yang siap bekerja sebagai profesional, peneliti dan menjadi inovator atau entrepreneur,” ujar Kadarsah saat dihubungi Republika.co.id.
Pada jenis lulusan terakhir mengartikan bahwa ITB mengupayakan tidak hanya menghasilkan mahasiswa yang tahu teknologi, tapi bisnis juga. Untuk bisa menghasilkan lulusan tersebut, Kadarsah mengatakan, telah mendirikan incubator bussines. Upaya ini dilakukan agar karya inovasi mahasiswa yang bagus bisa dibantu inkubasi oleh kampus.
Di samping itu, terdapat pula program orientasi teknologi dengan mendatangkan pengusaha sukses. Dalam program ini, mahasiswa akan memperoleh pengetahuan bisnis dari rencana hingga pemasaran dari ahlinya langsung.
Kadarsah juga menerangkan, terdapat kerja sama antara pihaknya dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Kerja sama yang dinamakan Program Unggulan IPTEK (PUI) ini bertujuan agar riset yang dihasilkan dosen maupun mahasiswa dapat diimplementasikan ke dunia industri.
Sementara pada bidang kurikulum, ITB telah menerapkan program kewirausahaan sebagai mata kuliah pilihan. Mahasiswa juga acap mendapatkan kuliah umum tentang cara menjadi pengusaha berhasil.
Segala program dan deklarasi ITB ini bertujuan agar bisa mendorong jumlah pengusaha di Indonesia. Menurut Kadarsah, kemajuan sebuah negara dipengaruhi oleh kalangan pengusaha. Sebab, dari profesi itulah bisa menciptakan tenaga kerja bagi masyarakat lainnya.
Sejauh ini, ITB telah berhasil mengindustrikan 86 inovasi. “49 tahun lalu dan tahun ini 37 inovasi,” katanya. Salah satu di antaranya, yakni produk katalis yang dapat membantu produktivitas industri kimia. Di samping itu, saat ini pihaknya tengah memperjuangkan industri pabrik chip pertama di Indonesia. Dengan demikian, dia berharap, Indonesia tidak lagi bergantung dengan chip yang diproduksi dari luar negeri.
Kadarsah juga mengungkapkan alasan dunia industri mau bekerja sama dengan pihaknya. Menurut dia, basis kerja sama ini berangkat dari dua hal, yakni menyesuaikan inovasinya dengan perkembangan isu teknologi terbaru. Selanjutnya, melihat juga masalah yang dihadapi dunia industri saat ini. "Kita jemput bola," kata Kadarsah.