REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam seluruh aspek pembangunan sudah menjadi keniscayaan. Di berbagai negara, TIK bahkan sudah dimanfaatkan secara luas di sektor perekonomian.
Indonesia sendiri memiliki potensi ekonomi digital yang besar, di antaranya dalam bentuk perdagangan berbasis elektronik (e-commerce) yang mampu memperluas dan mempercepat akses ke pasar global. Bisnis daring di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 12 miliar dolar AS dan diperkirakan akan terus tumbuh hingga mencapai 130 miliar dolar AS pada tahun 2020.
Dengan jumlah pengguna internet yang telah mencapai 93,4 juta orang pada tahun 2015, pertumbuhan bisnis daring diperkirakan dapat mencapai 50 persen per tahun. Dengan begitu, Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan e-commerce.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi hingga triwulan II di angka 5,04 persen, masih agak sulit untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi pada angka 5,2 persen pada akhir tahun. Data ini juga memperlihatkan bahwa perekonomian domestik masih belum mampu menahan melemahnya perekonomian global. Pelemahan perekonomian ini juga diprediksi masih akan terjadi hingga 2017, yang berarti perekonomian Indonesia juga akan ikut melambat sesuai kondisi dunia.
Meski demikian, di balik perekonomian domestik yang diselubungi awan hitam kondisi global, Indonesia sebenarnya masih bisa bertahan. Guncangan ekonomi ini bisa dibentengi dengan meningkatkan ekonomi digital. Akses internet yang bisa menghubungkan banyak orang hanya melalui dunia maya membuat transaksi perdagangan kini mengalami peralihan signifikan dari konsep konvensional menjadi digital.
Internet yang digunakan sebagai media komunikasi bisa memberikan jalan mudah untuk orang atau perusahaan melakukan transaksi penjualan lebih cepat dan hemat. Hasilnya, transaksi jual beli bisa dilaakukan dalam jumlah lebih banyak.
Wakil Ketua Badan Ekonomi Kreatif Ricky Pesik menjelaskan, perkembangan ekonmi digital di Indonesia sudah dimulai beberapa tahun ke belakang. Jual beli secara online mulai dilakukan ketika banyak masyarakat mengakses media sosial. Meski penawaran barang hanya dalam jumlah kecil, tapi sebagian masyarakat suka karena lebih mudah dalam memasarkan produk dengan dana promosi terbatas.
Sistem jual beli secara online kemudian menjadi sinyal bagus bagi sebagian masyarakat yang menciptakan sebuah perusahan e-commerce, seperti Bukalapak.com, Blibli.com maupun e-Commerce lainnya. Melalui perusahaan ini, pedagang bisa menjajakan produk mereka mulai dari makanan, pakaian, hingga alat penunjang seperti perabotan rumah tangga.
Sedangkan pembeli tinggal masuk ke laman perusahaan untuk memilih produk apa yang mereka butuhkan. Tak perlu mendatangi toko makanan atau toko perabotan, barang ini kemudian bisa diantarakan. Artinya pembeli akan sangat menghemat waktu dan uang tambahan ketika mereka membeli melalui sistem digital dibanding konvensional.