REPUBLIKA.CO.ID, OHIO -- Calon presiden Partai Republik Donald Trump mengatakan ia akan membentuk komisi khusus untuk menangani "Islam radikal dan mengadakan pemeriksaan "ekstremisme" pada imigran yang datang ke Amerika Serikat saat ia menjadi presiden. Ia juga mengatakan akan bekerja sama dengan NATO untuk melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Dalam pidato kebijakan luar negerinya pada Senin (15/8), dilansir Aljazirah, miliarder itu mengatakan tujuan dari komisi baru ini akan 'mengekspos' jaringan di AS yang mendukung radikalisasi. Ia mengatakan saat menjadi presiden, Trump akan meminta departemen negara dan keamanan dalam negeri untuk mengidentifkasi wilayah dunia yang tetap bermusuhan dengan AS. Ia juga meminta pemeriksaan untuk menangkap orang-orang yang mungkin menimbulkan ancaman.
"Kami hanya harus mengizinkan masuk ke negara kami, orang-orang yang menghormati nilai-nilai dan orang-orang kami," katanya di Youngstown, Ohio.
Ia juga akan melakukan pemeriksaan idelogi. Menurutnya ini akan menjadi pemeriksaan yang disebutnya pemeriksaan ekstremisme.
Sebagai bagian dari rencananya menyerukan larangan Muslim masuk AS, Trump akan menghentikan imigrasi dari negara-negara yang memiliki sejarah terorisme. Ia mengatakan setiap tahun AS mengizinkan masuk 100 ribu imigran permanen dari Timur Tengah dan ratusan ribu lebih pekerja sementara dan pengunjung dari daerah yang sama.
"Kami akan menghentikan proses visa dari daerah-daerah itu sampai dianggap aman untuk melanjutkan berdasarkan keadaan atau prosedur baru," ujarnya.
Menguraikan kebijakannya melawan ISIS, calon Republik itu juga membalikkan posisinya. Ia menjanjikan akan bekerja sama dengan sekutu NATO mengalahkan ISIS jika nanti terpilih jadi presiden AS.