REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi TNI dan Polri atas keberhasilannya menangkap salah satu pemimpin kelompok teroris di Indonesia, Santoso. Penegasan tersebut disampaikan Kepala Negara pada Pidato Kenegaraan dalam Sidang Bersama DPR dan DPD RI Tahun 2016 yang dipimpin oleh Ketua DPR Ade Komaruddin di Jakarta, Selasa (16/8).
Peryataan itu muncul ketika Presiden Jokowi membeberkan empat aspek strategis yang menjadi perhatian pemerintah dalam rangka mendukung terobosan percepatan pembangunan, salah satunya adalah demokrasi, stabilitas politik dan keamanan. Menurut Jokowi, keberhasilan mengatasi teroris dapat dilakukan karena TNI dan Polri terus siaga dan tak pernah berhenti mengabdi.
"Pemerintah terus berupaya meningkatkan profesionalisme TNI dan Polri dengan pendekatan kesejahteraan dan modernisasi persenjataan, termasuk dukungan kemandirian industri dalam negeri dalam memasok alutsista TNI dan alat operasional Polri," katanya.
Terkait dengan situasi demokrasi, Presiden Jokowi menekankan bangsa Indonesia tidak akan produktif, tidak akan maju, tidak akan menjadi bangsa pemenang bila tidak menghargai Hak Asasi Manusia (HAM) dan terus didera gonjang ganjing politik.
"Energi kita sebagai bangsa akan habis untuk meredakan keriuhan politik daripada melakukan lompatan lompatan kemajuan," katanya.
Presiden menyatakan rasa syukurnya karena sekarang ini kerjasama politik sudah kondusif dan konsolidasi politik menjadi semakin matang. Berbagai proses pengambilan keputusan politik dan pengesahan beragam produk hukum terlaksana secara demokratis.
"Pilkada serentak pada 9 Desember 2015 secara umum juga berlangsung sukses, aman serta damai, jujur dan adil. Pemerintah bersama DPR RI, DPD RI terus melakukan upaya perbaikan regulasi Pilkada, agar dapat lebih baik lagi pada Pilkada 2017 dan pilkada selanjutnya," katanya.