Selasa 16 Aug 2016 18:03 WIB

Ummu Kultsum, Muslimah Pertama yang Berhijrah

Rep: Hafidz Muftisany/ Red: Agung Sasongko
Hijrah
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Hijrah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Mui'th adalah seorang wanita yang mulia. Ibunya adalah Urwa binti Karim bin Rabiah bin Habib bin Abdu Syams, bibi (dari pihak bapak) dari Abdullah bin Amir.

Ummu Kultsum adalah saudara perempuan seibu dari Utsman bin Affan. Suaminya adalah Zaid bin Haritsah. Setelah suaminya meninggal pada Perang Mu'tah, dia menikah dengan Zubair bin Awwam dan mempunyai seorang anak bernama Zainab.

Kisah pernikahan ini tak berujung bahagia. Ia diceraikan oleh Zubair bin Awwam dan menikah lagi dengan Abdurrahman bin Auf. Tak dijelaskan sebab perceraian tersebut. Dari pernikahannya dengan Abdurrahman bin Auf, ia dikaruniai anak bernama Ibrahim, Ahmad, dan saudara-saudaranya. Ketika Abdurrahman bin Auf wafat, Ummu Kultsum menikah dengan Amru bin Ash. Ia wafat ketika Ummu Kultsum masih berstatus sebagai istrinya.

Ummu Kultsum adalah perempuan yang tangguh. Ia berbaiat kepada Rasulullah SAW dan ikut berhijrah ke Madinah. Ia termasuk perempuan pertama yang ikut berhijrah dari Kabilah Hadnah Hudaibiyah.

Keislaman Ummu Kultsum sempat tercium oleh keluarganya. Saudara laki-lakinya, Walid dan Imarah meminta Ummu Kultsum meninggalkan Islam.

Ummu Kultsum kemudian pergi ke rumah Ummu Salmah. Mendengar itu, Nabi Muhammad SAW datang sendiri ke rumah Ummu Salmah untuk menjenguknya. Dalam kesempatan tersebut, Ummu Kultsum meminta agar Rasulullah tidak mengembalikannya pada keluarganya di Makkah. Ia yakin keluarganya akan menyiksa dan menghalangi keinginannya memeluk agama Islam. Melihat kejadian itu, Rasulullah menyampaikan kabar gembira dengan turunnya QS al-Mumtahanah [60]: 10.

Ibnu Mindah menceritakan dari Mujamma bin Jariyah bahwa Umar bin Khaththab berkata kepada pernah mengatakan kepadamu, "Menikahlah dengan pemuka kaum Muslimin, Abdurrahman bin Auf?" Apakah Rasulullah pernah mengatakan padamu, "Menikahlah dengan pemuka kaum Muslimin, Abdurrahman bin Auf?"

Dia menjawab, "Ya."

Ibnu Saad berkata, "Dia adalah wanita yang pertama kali hijrah setelah Rasulullah hijrah ke Madinah. Tidak ada seorang pun wanita Quraisy yang lari dari kedua orang tuanya dalam keadaan Islam dan berhijrah kepada Allah dan Rasulnya, kecuali Ummu Kultsum. Dia keluar dari Kota Makkah seorang diri. Kemudian, ditemani seorang laki-laki bani Khuza'ah, dia tiba di Madinah pada tahun terjadinya gencatan senjata antara kaum Muslimin dan kafir Quraisy. Dia dikejar oleh dua orang saudaranya. Kedua saudaranya itu tiba pada hari kedua setelah kedatangan Ummu Kultsum ke Madinah. Keduanya berkata, "Hai Muhammad, kami menuntut syarat maka penuhilah syarat itu."

Lalu, Ummu Kultsum berkata, Wahai Rasulullah, aku seorang perempuan. Perempuan itu lemah. Aku khawatir mereka mengganggu dalam agamaku, sedangkan aku tidak sabar sehingga Allah membatalkan janji pada perempuan."

Kemudian, Allah SWT menurunkan Ayat Imtihan (ujian) dan memutuskan dengan keputusan yang mereka sama-sama menyepakatinya.

Kemudian, Rasulullah SWT pun menguji Ummu Kultsum dan wanita-wanita sesudahnya. "Tidaklah kalian keluar, kecuali karena cinta Allah dan Rasul-Nya serta Islam, bukan karena cinta suami dan harta."

Apabila mengatakan hal itu, mereka tidak dikembalikan.

Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Ummu Kutsum berjalan kaki dari Makkah ke Madinah. Dia berhijrah pada tahun Hudaibiyah. Kemudian, Walid dan saudaranya datang menemui Rasulullah dan meminta beliau menyerahkan saudari mereka. Namun, Rasulullah menolak, lalu turunlah Ayat Imtihan. "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila perempuan-perempuan Mukmin datang berhijrah kepadamu, hendaklah kamu uji (keimanan) mereka." (QS al-Mumtahanah [60]: 10)

Ummu Kultsum telah meriwayatkan 10 hadis. Hadis darinya diriwayatkan lagi oleh anaknya, Hamid bin Abdurrahman bin Auf. Tokoh lain yang meriwayatkan hadis darinya ialah Hamid bin Nafi.

Salah satu hadis yang dia riwayatkan adalah, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah dianggap sebagai sebuah kedustaan apa yang ditujukan untuk mendamaikan pertikaian antarumat manusia. Apa yang dilakukan untuk tujuan tersebut merupakan tindakan yang sangat terpuji." (Muttafaq Alaih). Ummu Kultsum meninggal dunia pada 33 Hijriyah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement