REPUBLIKA.CO.ID, Serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi menyasar rumah sakit Medicine Sans Frontiers (MSF) di Yaman Utara pada Senin (15/8) waktu setempat. Serangan tersebut membunuh 11 orang dan melukai 19 lainnya.
Dilansir dari Reuters, serangan terjadi di Distrik Abis di Provinsi Hajja. Petugas medis tidak bisa langsung mengevakuasi pasien yang terluka akibat serangan karena pesawat terus terbang di atas area tersebut. Sementara, pekerja kemanusiaan takut adanya pengeboman lanjutan.
“Lokasi rumah sakit sudah diketahui dan koordinat GPS rumah sakit tersebut sudah dibagikan kepada kedua pihak yang bertikai. Termasuk koalisi pimpinan Saudi,”tulis kelompok kemanusiaan yang juga dikenal sebagai Doctors Without Borders dalam sebuah pernyataan.
Masih dari sumber yang sama, organisasi tersebut mengungkapkan, satu dari korban tewas merupakan anggota mereka. Korban tewas saat bom mengenai rumah sakit yang juga membunuh sepuluh pasien.
“Ini ke empat kalinya serangan terhadap fasilitas MSF dalam 12 bulan terakhir,” tulisnya. Dia mengungkapkan, adanya resolusi PBB yang meminta untuk mengakhiri serangan terhadap fasilitas medis dan adanya deklarasi komitmen dari hukum kemanusiaan internasional tidak membuat kedua pihak yang tengah berkonflik di Yaman menghormati petugas medis dan pasien.
Juru bicara koalisi pimpinan Saudi tidak merespons atas permintaan wawancara dari Reuters. Sebelumnya, serangan udara juga dilakukan Koalisi Saudi di Provinsi Saada pada Sabtu pekan lalu. Saudi mengatakan, serangan tersebut menargetkan fasilitas pelatihan Houthi. Hanya, pihak MSF mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan sebuah sekolah dan membunuh sepuluh anak.
Puluhan serangan udara telah membunuh warga sipil di Yaman sejak koalisi pimpinan Arab Saudi mengawali operasi militer pada Maret 2015. Koalisi tersebut hendak membela kursi kekuasaan Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi dan mempertahankannya dari serangan sekutu Iran, Houthi.
Houthi dan sekutunya membentuk Kongres Rakyat Umum (GPC). Partai tersebut dipimpin mantan presiden Ali Abdullah Saleh. Mereka hendak membentuk sebuah dewan penguasa pada bulan ini untuk mengatur negara yang mereka kuasai.