Selasa 16 Aug 2016 17:26 WIB

Kolorado akan Gelar Referendum Soal Eutanasia

Eutanasia (Ilustrasi)
Eutanasia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENVER -- Warga Kolorado pada November akan mengikuti referendum untuk menerima atau menolak bunuh diri didampingi dokter (etanasia) bagi pasien dengan penyakit parah bedasarkan atas pertanyaan yang disetujui, Senin (15/8).

Meski demikian, usul itu ditentang kelompok agama dan pembela hak penyandang cacat. Pendukung gerakan prakarsa 'bantuan medis bagi pasien sekarat' mendapat cukup dukungan untuk didaftarkan dalam referendum November mendatang, kata Wayne Williams, pejabat daerah setempat.

Jika usulan diterima, Kolorado akan menjadi negara bagian yang mengizinkan bunuh diri dengan bantuan dokter" bersama Kalifornia, Oregon, Washington, Montana, dan Vermont. Juru bicara pendukung usulan itu, "Ya untuk Pilihan Bunuh Diri Colorado", Julie Selsberg mengatakan langkah itu mendekatkan usaha pasien sekarat beserta keluarganya untuk memiliki kuasa atas kesehatannya.

"Usulan ini mendorong pasien mendiskusikan kematiannya dengan dokter, serta memungkinkan tenaga medis itu memberi penanganan yang tepat," kata Selsberg.

Ia menceritakan, ayahnya mati perlahan akibat penyakit saraf, amiotropik lateral sklerosis (ALS), biasanya dikenal dengan penyakit Lou Gehrig. Usulan itu memungkinkan pasien sakit parah dengan harapan hidup enam bulan atau kurang, serta dinyatakan oleh ahli berakal sehat, mendapatkan resep obat untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Dua dokter berlisensi akan mengonfirmasi kondisi pasien, dan pihak terkait mesti diberi informasi adanya opsi pengobatan lain. Konferensi Katolik Colorado, pelobi keuskupan wilayah menyatakan, pertanyaan referendum memiliki logika cacat karena pemerintah mendukung bunuh diri sejumlah orang, tetapi mencegah aksi itu bagi pihak lain.

Ketentuan lain, usulan itu menjatuhkan sanksi bagi mereka yang menyalahgunakan obat bunuh diri serta memberi imunitas bagi dokter atas gugatan pidana dan perdata. Koalisi Lintas-Penyandang Disabilitas Kolorado mengatakan, sebagian besar anggota menentang usulan tersebut.

"Jika bunuh diri dengan pendampingan disetujui untuk semua orang, maka kemungkinannya, banyak orang akan mengakses fasilitas itu walaupun sebenarnya mereka tak begitu ingin mati," kata kelompok tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement