REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menjadikan Iran sebagai basis untuk meluncurkan serangan udara melawan pemberontak Suriah, Selasa (16/8). Hal ini kemudian memperkuat bukti keterlibatan negara itu di Timur Tengah.
Selain itu, langkah Rusia menggarisbawahi hubungan dengan Iran yang semakin dekat. Negara itu meletakkan bom dengan jenis Tupolev -22M3 dan pesawat Sukhoi-34.
Rusia untuk pertama kalinya menggunakan wilayah negara lain dalam meluncurkan serangan. Hal ini juga dilihat sebagai pertama kalinya Iran memungkinkan negara lain menggunakan wilayahnya untuk operasi militer sejak revolusi Islam pada 1979 lalu.
Kepala Dewan Keamanan Nasional Iran mengatakan Teheran dan Moskwo bekerjasama dalam memerangi teroris. Kedua negara memberikan dukungan kepda Presiden Suriah Bashar Al Assad dalam melawan pemberontakan yang menyebabkan konflik selama lima tahun lamanya.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya mengatakan bahwa negara itu bersama dengan Iran tengah membahas rencana militer untuk Suriah. Iran memberikan pasukan darat yang bekerjasama dengan sekutu lokal dan Rusia membantu meluncurkan serangan udara.
Hubungan Rusia dan Iran juga semakin erat setelah Iran mencapai kesepakatan mengenai program nuklir di negara tersebut. Kesepakatan ini membuat dicabutnya sanksi ekonomi yang sebelumnya diberikan oleh PBB, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS).