REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA -- Ahli waris Martin Luther King Jr. sepakat mengakhiri sengketa hukum terkait kepemilikan medali Nobel Perdamaian milik pemimpin gerakan hak warga 1964 itu, kata dokumen pengadilan.
Dokumen itu tidak mengungkapkan rencana penjualan medali pejuang pejuang tersebut, yang tewas terbunuh. Sidang untuk mengakhiri sengketa itu, yang telah berlangsung lama, digelar di Atlanta pada Senin.
Nantinya, dua anak laki-laki tokoh itu akan hadir berhadapan dengan putrinya, yang menentang rencana penjualan medali tersebut. Keluarga menyebut mantan presiden Amerika Serikat Jimmy Carter turut membantu pembuatan kesepakatan rahasia tersebut.
Tiga ahli waris menempati posisi direktur perusahaan pengelola harta King. Pasalnya, ia tidak memiliki surat wasiat saat terbunuh di usia 39 tahun pada 1968 saat menentang gerakan supremasi ras kulit putih di Memphis, Tennesse.
Martin Luther King III dan Dexter King memutuskan pada Januari 2014 untuk menjual medali dan alkitab yang kerap dibawa ayahnya sepanjang aksi tahun 1960-an. Akan tetapi, Bernice King menolak rencana tersebut, berdalih, warisan itu "sakral" bagi keluarga.
Hakim Pengadilan Tinggi Robert McBurney memutuskan untuk menyimpan benda peninggalan dalam kotak milik pengadilan sampai hasil gugatan ditetapkan.
Hakim pada Senin menandatangani perintah, ditujukan untuk pihak terlibat agar membatalkan gugatan serta menyepakati kunci kotak akan disimpan Martin Luther King III, sebagai ketua dewan direksi perusahaan. Pengadilan turut mengatakan tidak akan mencampuri isi perjanjian itu lebih lanjut.
"Meski Bernice selalu meyakini medali nobel dan kitab tak dapat dijual, saya bersyukur ia tak menghalangi kesepakatan terkait pengelolaan benda peninggalan tersebut," kata Carter.
"Tiap proses mediasi membutuhkan kompromi, dan saya senang karena pihak terkait mampu menyelesaikan masalahnya dengan mempertimbangkan kebaikan tertinggi serta keinginan untuk menjaga warisan orang tuanya," tambah mantan presiden itu.
McBurney bulan lalu memutuskan, alkitab merupakan aset perusahaan. Perlu diketahui, alkitab tersebut sempat dipakai Presiden AS kulit hitam pertama, Barack Obama dalam acara serah terima jabatannya pada 2013.