REPUBLIKA.CO.ID, MILWAUKEE -- Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump membenarkan bukti awal yang menunjukkan penembakan seorang pria kulit hitam oleh polisi di Wisconsin.
Pembunuhan Sylville Smith yang berlangsung di wilayah yang didominasi Afrika-Amerika di Milwaukee, Sabtu (13/8) menyebabkan protes selama beberapa hari.
"Kita harus mematuhi hukum-hukum atau kita tidak memiliki negara," ujar Trump setelah mengunjungi polisi di kota itu dilansir BBC News, (17/8).
Serangkaian penembakan polisi yang fatal telah memicu demonstrasi di seluruh AS. Para pengunjuk rasa mengatakan, polisi terlalu siap untuk menggunakan kekuatan mematikan terhadap Afrika-Amerika.
Dalam insiden terbaru pada Sabtu, kematian Smith (23 tahun) oleh polisi dan kemudian melarikan diri. Polisi mengatakan, ia ditembak karena membawa pistol ilegal dan menolak menjatuhkannya.
"Pistol itu menunjuk kearah [petugas polisi], siap untuk ditembakkan," kata Trump.
Trump, seorang pengusaha yang mengejutkan dunia politik dengan memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Republik bertemu Sheriff David Clarke dalam pertemuan pribadi Selasa (16/8). Clarke telah menempatkan Garda Nasional negara pada posisi siaga. Pengembang proprti itu telah vokal dalam dukungannya terhadap kepolisian di seluruh kampanye pemilihannya.