REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Momentum peringatan kemerdekaan ke-57 RI dinilai tepat untuk merevitalisasi nasionalisme seluruh elemen bangsa.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Prof Maksum Machfoedz mengingatkan pesan KH Hasyim Asyari kalau nasionalisme dan agama memang tidak bertentangan dan malah saling menguatkan. Dia bahkan turut menekankan pesan Bung Karno kalau nasionalisme yang sejati timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan.
Untuk itu, ia berharap momentum peringatan kemerdekaan dapat dijadikan saat tepat melakukan revitalisasi nasionalisme, yang memang tidak pertetangkan agama dan nasionalisme. Maksum menegaskan, itu merupakan langkah maju agar mampu menjadikan Indonesia sebagai kiblat beragama, atau teladan kehidupan beragama dan bernegara.
"Sudah saatnya umat Islam Indonesia memberikan contoh kepada dunia bahwa Islam tidak mempertantangkan antara agama dengan nasionalisme," kata Maksum di Jakarta, Rabu (17/8).
Sementara, Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini menambahkan, masih ada kelompok-kelompok yang tidak sejalan dengan perjuangan founding fathers, dan pemerintah tidak boleh lalai mengatasinya. Maka itu, ia menekankan tugas kebangsaan memang tidak akan pernah selesai. Terlebih tantangan global berupa tarikan kepentingan radikal yang sangat kuat.
PBNU, lanjut Helmy, akan menebarkan cara-cara para alim ulama terdahulu yang terus menyampaikan pesan perdamaian, bahwasanya agama dan nasionalisme memang tidak bisa dipisahkan. Menurut Helmy, tugas semua elemen bangsa melebur agama dan budaya, sampai tercipa semangat nasionalisme dan akan membangun "Tugas mengawal NKRI merupakan tugas kita semua elemen bangsa," kata Helmy.