REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana duet Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan kader PDIP Djarot Saiful Hidayat dalam pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta kembali mencuat. Apalagi Ahok belum lama ini bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti melihat beberapa keuntungan bagi PDIP apabila benar mengusung pasangan Ahok-Djarot. Ia menilai Djarot sebagai wakil berpotensi menjadikannya figur politik baru untuk DKI Jakarta jika Ahok selesai.
Selain itu, posisi Ahok yang tanpa partai memberi keuntungan politis bagi Djarot untuk terus menjadi tokoh baru dalam arus politik DKI. "Artinya, pasca-Ahok, PDIP telah memiliki calon kuat untuk menggantikan Ahok. PDIP tak sepenuhnya kehilangan dominasi di DKI," kata Ray kepada Republika.co.id, Jumat (19/8).
Dengan kalkulasi ini, kekuatan politik nasional PDIP di Pulau Jawa tetap dominan dan terjaga. Selain DKI, PDIP mempunyai potensi menguasai Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Ray mengatakan, hubungan Ahok dengan Megawati relatif baik dan tanpa konflik. Di samping itu, Presiden Joko Widodo juga merupakan kader PDIP yang pernah bekerja sama dengan Ahok sewaktu memimpin DKI Jakarta.
Baca juga, Akhirnya Ahok Pilih Maju Lewat Partai Politik.
Dalam konteks ini, kerja sama Ahok dengan Jokowi sudah lama terbina. Maka dengan sendirinya pengelolaan Jakarta bisa tetap dalam desain politik Presiden Jokowi.