REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan kepala staf umum (Kasum) TNI Letjen (Purn) Suryo Prabowo merasa harga dirinya diinjak-injak lantaran diperlakukan tidak sepatutnya oleh petugas Imigrasi Singapura. Dia pun heran, bagaimana bisa namanya masuk daftar hitam Imigrasi Singapura.
Karena mendapat pengalaman tidak enak ketika berada di Bandara Changi pada Rabu (17/8), ia pun mendesak pemerintah Indonesia untuk menyampaikan protes. "Tuntutan saya sehubungan dengan insiden black list Singapura. Pemerintah RI harus mau dan mampu melindungi martabat bangsa Indonesia di luar negeri sekecil apa pun status dan profesinya," katanya kepada Republika.co.id, kemarin.
Mantan wakil kepala staf Angkatan Darat (KSAD) tersebut juga menyampaikan pesan kepada Kedutaan Besar RI di Singapura untuk membela warganya. Dia menyindir, petugas Kedubes RI seolah menjadi juru bicara Imigrasi Singapura tanpa memberikan penjelasan konkret mengenai kejadian yang menimpanya.
"Khusus KBRI Singapura, harus bisa membuat sistem pendampingan pada setiap WNI saat dipermainkan Imigrasi Singapura. Jangan bisanya cuma menyampaikan penjelasan Singapura," ujarnya.
Mantan panglima Kodam Jaya itu menuntut pemerintah Singapura untuk mengakui kelalaiannya dalam memperlakukan warga negara Indonesia. "Pemerintah Singapura harus minta maaf, bukan hanya penjelasan. Pemerintah Singapura berhentilah menunjukkan sikap permusuhan dengan bangsa Indonesia," kata Suryo.
Dia pun berpesan kepada rakyat Indonesia untuk tidak terlalu mengagung-agungkan Singapura. Menurut dia, Singapura itu negara kecil dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Indonesia yang merupakan negara besar. Menurut Suryo, Indonesia itu jauh lebih hebat daripada negeri jiran yang luasnya tidak seberapa itu.
"Untuk rakyat Indonesia, kalau belanja barang yang nggak penting-penting amat gak usah ke Singapura lah. Bangun kemandirian. Jangan minder dan mudah kagum," kata mantan wakil Komandan Paspampres itu.