Sabtu 20 Aug 2016 23:43 WIB

Museum Aga Khan Kolektor Peninggalan Peradaban Islam

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Museum Aga Khan
Foto: Wikipedia
Museum Aga Khan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Museum Aga Khan, Toronto, Kanada, ini menjadi salah satu galeri seni terbesar dan pertama yang didedikasikan untuk menampung karya seni Islam di kawasan Amerika Utara.

Melihat konsep pada bagian dalam dan luar bangunan, museum ini tidak menghadirkan unsur lain sebagai paduan seni budaya yang selama ini sering diterapkan untuk sebuah gedung kolektor benda-benda seni lawas.

Museum Aga Khan memiliki karakter tunggal karena hanya menampilkan satu desain arsitektur modern, bentuk pengakuan terhadap adaptasi perkembangan di dunia arsitektur abad ke-20. Desain Aga Khan mengangkat tema arsitektur modern fungsionalis dengan tampilan sederhana dan komposisi kotak atau kubus.   

Desain kotak ini mendominasi pada bagian eksterior museum, terutama pada pintu masuk yang memberikan kontribusi artistik, intelektual, dan ilmiah dari peradaban Muslim.

Sementara, ciri lain dari arsitektur modern fungsional yang dimiliki Museum Aga Khan ini, yakni kesan polos dari pernak-pernik dan polesan warna serta profil yang rumit. Misalnya, kita tak akan menemukan lengkungan Persia, yang lazim diterapkan di bangunan bersejarah, seperti istana, masjid, atau museum.  

Museum yang dirancang oleh arsitek berkebangsaan Jepang, Fumihiko Maki, penyabet anugerah Pritzker Prize, sebuah penghargaan bergengsi tahunan di bidang arsitektur yang dikelola oleh Hyatt Foudation sejak 1979 itu, hanya memiliki satu warna pantulan dari granit putih yang membalut seluruh bangunan museum. Untuk menambah nilai seni, selain menerima cahaya alami, pada bagian jendela diberi pola referensi motif Islam.   

Masih di bagian luar museum, untuk memanfaatkan lahan kosong, museum yang dibangun di atas lahan seluas 10 ribu meter persegi ini menghadirkan rancangan khusus untuk spot taman indah lengkap dengan kolam berhiaskan bunga aneka rupa dan ukuran di sekitarnya. Pengunjung bisa menikmati keindahan taman yang memanjakan mata itu lewat jalur khusus.   

Khusus untuk desain taman, keindahannya itu berkat sentuhan seorang arsitek berdarah Libanon-Serbia, Vladimir Djurovic. Vladimir membagi tugas pembuatan taman ini dengan Ismaili untuk menyediakan ruang terbuka hijau baru bagi masyarakat Kota Toronto.

Ruang terbuka hijau ini merupakan salah satu unsur tak terlepaskan dari konsep bangunan modern, yang tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan, tetapi juga sarana bersosialisasi warga Toronto dan sekitarnya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement