REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lembaga Kemanusiaan PKPU bersama dosen Pendidikan Luar Biasa FKIP UNINUS menggandeng masyarakat untuk merintis desa inklusif. Orang tua, Guru dari SD selingkungan Cinunuk dan masyarakat turut terlibat aktif dalam Workshop PKPU yang dilaksanakan pada hari Sabtu, (20/3) di Gedung SLBN Cileunyi, Kab. Bandung. Dosen-dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB) FKIP Uninus Bandung menjadi pemateri dan fasilitator dalam kegiatan yang dilakukan 1 (satu) hari penuh tersebut.
Akademisi Pendidikan Khusus dari PLB FKIP Uninus, Ranti Novianti menyebutkan jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Indonesia terkategori cukup besar. Menggunakan asumsi PBB, paling sedikit 10 persen anak usia sekolah (5-18 tahun) memiliki kebutuhan khusus, diperkirakan kurang lebih ada 4,2 juta ABK yang ada di Indonesia dan masih sedikit yang memperoleh pendidikan layak. Angka partisipasi kasar (APK) anak dengan disabilitas di Jabar baru mencapai 12 persen.
“Itu baru mengacu kepada data yang dimiliki. Kita meyakini, bahwa ada fenomena gunung es, masih banyak anak-anak berkebutuhan khusus ABK) yang belum terdata sehingga mereka belum mengakses pelayanan pendidikan yang baik dan tepat," ujar Ranti.
Konsultan dari Pusat Pengembangan Potensi Anak Sanggar Rainbow ini mengatakan peningkatan kapasitas guru, orang tua dan masyarakat untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada ABK juga harus ditingkatkan untuk mendukung anak berkebutuhan khusus.
PKPU yang peduli dengan issue penanganan pendidikan anak menggulirkan Program Rintisan Desa Inklusif. Seluruh elemen masyarakat dengan berbagai potensi yang dimiliki digugah untuk bersinergi menjadi sebuah kekuatan besar hingga mampu mewujudkan masyarakat yang berdaya dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak, termasuk ABK.
Kiki Rejeki, Kepala Cabang PKPU Bandung menyampaikan program Rintisan Desa Inklusif merupakan program yang digulirkan PKPU Bandung sebagai upaya untuk mewujudkan lingkungan yang ramah dan aman bagi anak. Tidak terkecuali bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
“Anak berkebutuhan khusus seringkali disalahartikan oleh masyarakat. Bahkan karena kurang pahamnya masyarakat terhadap ABK, mereka sering dianggap negatif di tengah-tengah masyarakat," ujarnya.
Kepala Sekolah SLB Cileunyi menyambut baik inisiatif program yang akan dilaksanakan ini. Ia menjelaskan bahwa pemerintah, orang tua, sekolah dan masyarakat perlu didorong untuk mendukung pendidikan yang inklusif, pendidikan yang ramah anak, tidak hanya di sekolah tapi juga di lingkungan mereka. “Semoga Program Rintisan Desa Inklusif ini dapat berjalan dengan baik, harus didukung sehingga mencapai tujuannya," ucapnya.
Kiki mengatakan Program Tabung Peduli yang menghimpun sedekah dan sumbangan dari murid-murid berbagai sekolah&lembaga yang menjadi mitra PKPU turut berkontribusi besar dalam pelaksanaan program ini. Setelah workshop akan dilanjutkan pendampingan yang akan dilakukan kepada guru-guru, orang tua dan kader dan tokoh masyarakat. PKPU berharap pemerintah desa dan masyarakat Cinunuk khususnya turut serta mendukung program “Desa Inklusif” tersebut.
Siti Sofiah, Guru SD Cinunuk 2, salah seorang peserta workshop menyampaikan kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk mengajar dan di masyarakat. Anak dapat ditangani dengan tepat sesuai dengan kebutuhannya. Ia juga berharap agar kegiatan ini berkelanjutan.