Ahad 21 Aug 2016 20:39 WIB

Jerman Pasang Sistem Pengenal Wajah di Bandara dan Stasiun

Checkpoint Charlie di Jerman diduga akan menjadi sasaran penyerangan kelompok ISIS.
Foto: Reuters
Checkpoint Charlie di Jerman diduga akan menjadi sasaran penyerangan kelompok ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Dalam Negeri Jerman berencana memasang peranti lunak berisi sistem pengenalan wajah di bandara dan stasiun kereta untuk mengidentifikasi tersangka teroris setelah kelompok pegaris keras dua kali menyerang negara itu bulan lalu.

Menteri Thomas de Maiziere mengatakan, peranti lunak internet dapat mengenali seseorang di foto, misalnya apakah ia seorang selebritis atau politisi, seperti dikutip koran Bild am Sonntag.

"Saya akan memakai teknologi pengenalan wajah ini dalam kamera video di bandara dan stasiun kereta. Nantinya, jika seorang tersangka terlihat dan dikenali, sistem akan menunjukkan hal tersebut," ujarnya.

Baca: Merkel: Bukan Pengungsi yang Bawa Terorisme ke Jerman

Ia mengatakan sistem serupa telah diuji untuk mengenali koper yang tak diawasi setelah kamera melaporkan beberapa menit kemudian. Negara lain juga tengah berkutat dengan teknologi tersebut, tetapi Jerman sempat ragu atas sistem pengawasan karena pernah disalahgunakan polisi rahasia di Jerman Timur dan dinas rahasia (Gestapo) Nazi.

Jerman tampaknya merasa terancam setelah pegaris keras ISIS mengklaim dua serangan Juli lalu, satu terjadi di kereta dekat Wuerzburg, sisanya di lokasi festival musik Ansbach. Pelaku yang diantaranya adalah pencari suaka telah melukai 20 orang.

Alhasil, penyelenggara festival bir terbesar dunia, Oktoberfest di Munich telah meningkatkan penjagaan, termasuk melarang pemakaian ransel, menempatkan petugas pengecekan di tiap pintu masuk dan mendirikan pagar.

De Maiziere mengatakan, pelarangan ransel pada acara besar itu berguna. Namun hal itu tergantung keputusan petugas keamanan terkait.

"Kita harus terbiasa dengan peningkatan aksi penjagaan, misalnya antrean panjang, pengecekan lebih ketat, atau kartu masuk pribadi. Hal itu mungkin menjemukan, membuat tak nyaman dan menelan banyak waktu, tetapi saya pikir langkah itu tak membatasi kebebasan individu," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement