Senin 22 Aug 2016 06:07 WIB

Ketika Gatot Kaca dan Cepot Berbalut Teknologi Modern

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: M.Iqbal
Dalang Asep Aceng Amung Sutarya memainkan wayang Cepot, dan Dawala dengan latar belakang tayangan suasana Kota Bandung, pada pergeralaran Wayang Techo CDS, di Balai Pengelolaan Taman Budaya Jabar, Jl Bukit Dago Selatan, Sabtu (20/8) Malam. (Mahmud Muhyidin
Foto: Mahmud Muhyidin
Dalang Asep Aceng Amung Sutarya memainkan wayang Cepot, dan Dawala dengan latar belakang tayangan suasana Kota Bandung, pada pergeralaran Wayang Techo CDS, di Balai Pengelolaan Taman Budaya Jabar, Jl Bukit Dago Selatan, Sabtu (20/8) Malam. (Mahmud Muhyidin

REPUBLIKA.CO.ID,Wayang identik dengan kesenian yang disukai orang-orang lanjut usia yang kental dengan pakem-pakemnya. Perhelatan wayang biasanya ditampilkan di desa-desa sebagai hiburan dalam sebuah hajatan.

Pementasannya terbilang lama dengan alur cerita khas kerajaan. Aspek-aspek ini membuat wayang seolah-olah kesenian zaman dulu yang sulit masuk pada relung generasi muda.

Mendapati realita yang ada, para seniman yang tak ingin warisan budaya turun temurun ini hilang ditelan zaman mulai berkreasi. Mereka membuat inovasi dengan mengemas kesenian daerah lebih modern dan mudah diterima kalangan muda sebagai generasi penerus budaya bangsa.

Ki Asep Aceng Amung Sutarya merupakan dalang yang mencoba terobosan baru dalam perwayangan. Bersama kelompoknya yang tergabung dalam Wayang Techno CDS pertunjukan wayang yang digelar berbeda dari biasanya.