Senin 22 Aug 2016 06:03 WIB
Adi Sasono In Memorial

Adi Sasono di Mata Reina

Adi Sasono
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Adi Sasono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan bunga sebagai tanda duka cita disampaikan sejumlah kerabat menyusul wafatnya Adi Sasono. Tak sedikit, pelayat menitikkan air mata atas kepulangan mantan Menteri Koperasi di era Presiden BJ Habibie itu pada hari-hari menjelang HUT Kemerdekaan RI, Sabtu (13/8) lalu.

Dua pekan sudah Adi Sasono meninggalkan kita. Memang, cukup banyak buku-buku ihwal perjalanan almarhum semasa hidup, namun, Republika.co.id memeroleh izin Reina Natamihardja, mantan sekretaris almarhum untuk mengutip tulisan dari blog-nya. Dalam sub kanal di blog-nya berjudul Adi Sasono In Memorial itu dia pun menuliskan kisahnya dalam beberapa tulisan sebagai berikut....

Dear Bapak, 

Baru sempat aku tulis catatan tentang hari-hari berlalu yang telah aku lalui bersama Bapak. Bukan satu hal yang sulit untuk mengingat semua yang telah terjadi, aku harus memulai dari waktu 19 tahun yang lalu. Bisa menjadi buku yang berjilid-jilid sepertinya. 

Kemarin-kemarin, seakan tidak ada ide untuk menulis (biarkan orang lain dulu yang bicara dan menulis tentang Bapak), tidak ada semangat untuk melangkah ataupun melakukan sesuatu. Aku terlalu sibuk menghapus air mata yang kadang menetes tanpa terasa, merasakan langkah kaki yang mengambang dan kaku. Aku tidak boleh begini kan Pak ?  

Dan Selasa (16/8) kemarin, pikiranku mulai sedikit jernih, aku mulai menerima apa yang terjadi. Kepergian Bapak tidak seharusnya menjadikan aku rapuh karena kehilangan sosok seorang bapak, guru, panutan, partner kerja, sahabat, dan sekaligus tempat aku bercerita. Tapi harus diyakini, bahwa bekal yang telah aku terima selama ini,  ilmu, pelajaran dan pengalaman, harus membuat aku lebih tegar, mandiri dan percaya diri. Dan Bapak begitu yakin, bahwa aku mampu menghadapi semua persoalan dan menyelesaikannya dengan baik. Itu suatu tantangan.

Masih teringat dengan jelas ketika aku memulai profesiku sebagai notaris, meninggalkan sejenak hari-hariku bersama Bapak,  dan sekali waktu Bapak bertanya :

"Ren, jadi notaris itu untuk apa ? Biar bisa pasang papan nama di jalan ya atau biar dapat Lambang Garuda ?"  Aku tertawa mendengar pertanyaannya. Dan aku jawab dengan polos, "Biar aku bisa buka warung, bisa mandiri, mengatur waktu sendiri ." "Kenapa tidak di Jakarta ?"

"Di Jakarta sudah close Pak, dan Reina bisa pindah kalau sudah 3 tahun, itu pun kalau di Jakarta masih ada formasi."

"Ya sudah, kita lihat 3 tahun, dan pindah ke Jakarta lagi." 

****

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement