REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembunuhan anggota Polantas Polsek Kuta, Bali, Aipda Wayan Sudarsa membuat dunia kepolisian berduka. Nyawa Sudarsa diduga dihabisi oleh sepasang warga negara asing yang sedang berlibur di Bali.
Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan polisi butuh perlindungan. "Yaitu melalui pengetatan miras, penguatan kewibawaan dan ketegasan personel Polri di hadapan warga asing," kata dia, Ahad (21/8) malam.
(Baca juga: Pelaku Pembunuhan Polisi di Kuta Diduga WNA?)
Reza mengatakan Polri juga sebaiknya memberikan peningkatan kemampuan bela diri kepada setiap personelnya. Tak hanya itu, Polri pun harus menindak hukum secara tegas terhadap para pemabuk. Pemeliharaan kesehatan fisik dan psikis personel serta penyediaan asuransi jiwa bagi personel Polri juga penting dilakukan.
"Sah sudah, kejadian semacam ini bukan semata urusan Reskrim. Propam, Humas, Diklat juga merupakan unit-unit yang relevan," kata Reza.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepolisian Resor Denpasar menetapkan dua warga negara asing sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan seorang polisi lalu lintas, Aipda Wayan Sudarsa. Kedua tersangka itu adalah warga negara Australia Sara Conor, dan kekasihnya David Taylor yang memegang kewarganegaraan Inggris.
Kasus pembunuhan ini terendus setelah ditemukannya mayat korban pada Rabu (17/8) dini hari. Wayan Sudarsa ditemukan tak bernyawa di depan Hotel Pullman, Pantai Kuta, Denpasar, Bali. Keduanya kini sudah diamankan polisi setempat. Kedua tersangka ditangkap petugas kepolisian di Kantor Konsulat Jenderal Australia, Denpasar, Jumat (19/8) sore. Sara diduga datang ke sana untuk meminta perlindungan. Sedangkan David ditangkap saat berada di depan Konjen Australia. Keduanya pun dibawa ke Mako Polresta Denpasar.