Hoax, Nafsu Reklamasi, dan Narsis APBN Defisit
Oleh: Erie Sudewo, Pendiri Dompet Duafa
Hari ini sebenarnya saya tak ingin menulis. Cuma terusik hp berisi pesan shohib kental. Ada kegundahan Karni Ilyas. Catatan Ilyas, kesatu protes pada Ahok. Kedua gusur pantai Jakarta. Ketiga protes itu dilandasi silamnya yang miskin. Pedihnya derita nelayan bisa dirasai Karni Ilyas.
Hoax? Aaah saya terlanjur panas.
Pas libur kemarin, saya baru reunian. Uniknya reuni ini bukan pernah satu sekolah atau satu kerja. Cuma karena anak-anak kami pernah satu sekolah. Anehnya anak-anak yang satu sekolah itu mungkin jarang reunian. Eeeh ortunya malah berkala. Entah, apa karena narsis saya yang kebangetan hingga terus ojok-ojok.
Reuni dan narsis itu satu hal. Nanti kita bahas soal narsis menarsisnya saya. Reuni biasanya diisi soal remeh temeh. Yang ibu2nya cekakak cekikik. Bapaknya cekakak cekukuk. Padahal dari satu reuni ke reuni berikut, yang dibahas ya itu2 juga. Tapi masih saja diulang-ulang tanpa merasa bersalah.
Reuni kemarin agak beda. Semangat saya, biasanya karena tuntutan perut yang tak berkicau setelah dijejali aneka lauk. Puas? Nggak juga. Sebab tiap pulang reuni pasti “tenteng berkat”. Sudah gratis, pulang pun bawa gratisan. Kebiasaan mahasiswa dulu. “Darmaji”, dahar lima ngaku hiji.