REPUBLIKA.CO.ID, Sudah lebih dari delapan tahun, usaha pakaian renang wanita yang tertutup penuh digeluti Aheda Zanetti. Perempuan Australia ini merancang 'burkini' sebagai jawaban atas permintaan pasar. Tidak semua perempuan menyukai bikini atau pakaian renang terbuka.
Zanetti sudah menjual lebih dari 700 ribu pakaian renang pada kliennya di seluruh dunia. Desainnya banyak dicari oleh pelanggan dari Norwegia hingga Israel. Pakaian renang yang dibanderol dengan harga antara 80-200 dolar AS itu dibuat di Sydney.
Pakaian renang yang ia rancang di bawah merek Ahiida, adalah model burkini. Desainnya tertutup, berpenutup kepala dan terinspirasi dari aturan Islam soal aurat.
Meski identik dengan Muslim, Zanetti mengatakan sekitar 45 persen pemakai Ahiida adalah perempuan non-Muslim. Hal ini cukup menarik, karena kini Prancis berupaya melarang penggunaan burkini di negaranya karena dianggap terbentur hukum sekularisme.
"Ini soal pilihan," kata Zanetti dikutip Sidney Morning Herald, Ahad (21/8). Perempuan asal Lebanon itu menandakan kebebasan, keluwesan dan percaya diri. Ia menolak anggapan burkini adalah bentuk teror, kekerasan dan mengerikan.
Zanetti mengaku mendapat banyak pesan dari pembeli-pembelinya dari seluruh dunia soal larangan burkini. Salah satunya dari seorang non-Muslim di Warwick, Queensland yang mengatakan ini hanya soal baju renang. Seorang dari AS juga mengaku tidak habis pikir.
"Saya non-Muslim dari California selatan, saya penyintas dari kanker kulit. Artinya saya tidak bisa keluar langsung terpapar sinar matahari (seperti jika memakai baju renang biasa)," katanya.