REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA --- Petugas Karantina dan Pertanian Bandara Adi Soemarno mendapati ratusan jenis burung selundupan mati dalam peti pengiriman barang. Burung-burung tersebut dikirim dari Bandara Kualanamu, Medan pada Sabtu (20/8) dengan identitas pengirim Joko Perdana.
Burung-burung tersebut merupakan pesanan Harno, warga Surakarta yang sebelumnya melakukan order melalui toko daring.
Menurut Petugas Karantina dan Pertanian Bandara Adi Somarmo, Muhammad Farid pihaknya mendapat laporan dari petugas Bandara Kualanamu, Medan terkait pengiriman burung-burung tersebut. Informasi yang didapat jumlah burung yang dikirim hanya sebanyak 87 ekor.
“Tapi dari Medan sudah curiga karena perginya itu besar, mereka kontak kami. Setelah sampai di Bandara Adi Sumarmo petugas melakukan pengecekan ternyata jumlahnya ratusan dan banyak yang mati,” tutur Farid dalam Konferensi Pers di Taman Satwa Tari Jurug, Surakarta pada Senin (22/8) siang.
Ia mengatakan dari total burung 332 ekor, 165 ekor ditemukan mati. Farid mengatakan paket pengiriman burung tersebut sebenarnya sudah dilengkapi sertifikat karantina hewan. Ia pun heran lantaran jumlah yang tertera di dokumen tidak sesuai dengan aslinya.
Menurutnya tiap pengiriman dalam bentuk satwa sudah semestinya melalui tahapan pengecekan yang keteat. Di antaranya yakni harus mendapat surat izin dan kesehatan sari Dinas Peternakan setempat. Selain itu sebelum dikirim, satwa harus dilakukan cek fisik dan masuk laboratorium.
“Jumlahnya tidak sesuai dengan dokumen, sehingga petugas tidak memberikannya pada penerima, kami tahan di Kargo. Karena dokumen tidak sesuai itu kami anggap tidak valid, tadinya kami berencana untuk mengirim lagi kemendan,” katanya.
Pihaknya menyerahkan burung-burung yang masih hidup ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam Surakarta. Terdapat 167 ekor burung yang masih hidup. Burung-burung tersebut terdiri dari berbagai jenis seperti Kepodang, Kucica Kampung, Tledekan, Cuak Ijo, Cuak Daun, Srinditan, Gelatik, Poksay, Low Bird, dan Cililin.