REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Murahnya harga rokok ternyata menjadi perhatian warga negara asing (WNA) yang sedang berkunjung ke Indonesia. Adalah Sabine Torres, jurnalis asal Prancis yang pernah berada di Indonesia selama dua pekan. Sabine tercengang mengetahui betapa rendahnya harga rokok di Indonesia.
"Saya tidak bisa bayangkan berapa keuntungan yang bisa diperoleh petani tembakau jika harga rokok sangat murah?" ungkapnya baru-baru ini saat berkunjung ke Malang.
Sabine mengatakan di Prancis dia adalah seorang perokok. Tapi di Indonesia ia justru tidak ingin merokok. Menurutnya harga rokok di Indonesia tidak memihak kaum petani.
Selain itu harga yang murah membuat rokok sangat mudah dijangkau anak-anak sekolah. Harga setiap bungkus rokok di Indonesia setara dengan satu hingga dua dolar AS. Sedangkan di Prancis, rokok di jual mahal setara delapan dolar AS atau sekitar Rp 100 ribu.
Sementara itu wacana kenaikan harga rokok menjadi Rp 50 ribu per bungkus ditanggapi positif oleh kaum ibu yang memiliki suami perokok. Salah satunya adalah ibu rumah tangga asal Kota Malang, Hilda Daningtyas. Ia setuju jika harga rokok naik karena bisa memicu sang suami berhenti merokok.
Dalam sehari suaminya bisa menghabiskan tiga bungkus rokok dengan harga Rp 20 ribu per bungkus. "Selama ini uang rokok tidak mengganggu uang belanja karena sudah dianggarkan sendiri, tapi kalau harga rokok jadi mahal saya setuju karena bisa memotivasi suami mengurangi rokok," katanya saat berbincang dengan Republika.co.id, Senin (22/8).