REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Cina telah memulai proyek pembangunan pangkalan militernya di kawasan Afrika Timur. Proses konstruksi di atas lahan seluas 36,4 hektare itu dijadwalkan akan selesai tahun depan.
Menurut laporan para petugas dan pakar asing yang memantau perkembangan proyek tersebut, pangkalan militer Cina itu terdiri atas sejumlah fasilitas. Fasilitas itu antara lain berupa pos angkatan laut yang dilengkapi dengan fitur toko senjata, sarana pemeliharaan kapal dan helikopter, dan gedung untuk menampung tentara marinir atau pasukan khusus Cina.
Wall Street Journal mengungkapkan, Cina telah menanam investasi dalam jumlah besar di Afrika Timur, terutama di Ethiopia yang kini tercatat sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. “Pembangunan pangkalan militer saat ini dapat dikatakan menjadi bagian dari upaya Cina untuk melindungi kepentingan politik dan investasinya di seluruh kawasan sub-Sahara Afrika,” tulis media asal Turki, World Bulletin, akhir pekan lalu.
Berdasarkan data terakhir, nilai saham yang diinvestasikan Cina di Afrika menembus angka 30 miliar dolar AS pada 2014. Sementara, lebih dari satu juta orang Cina diperkirakan telah bermigrasi ke benua hitam itu selama beberapa tahun terakhir untuk mencari penghidupan ekonomi yang baru.
Menteri Luar Negeri Djibouti Mahmoud Ali Youssouf dalam sebuah wawancara dengan Financial Times pada Maret mengatakan, ada kemungkinan pemerintah membuka pintu bagi kehadiran etnis Cina dalam skala kecil di negaranya. Sementara, Duta Besar AS untuk Djibouti, Tom Kelly mengatakan keberadaan basis milier Cina dan AS di negara yang sama bakal menjadi tantangan bagi kedua pihak.
AS mengkhawatirkan kehadiran Cina di Afrika Timur bakal membuka peluang bagi intel-intel negeri tirai bambu untuk menguping segala kegiatan yang ada di pangkalan militer AS. Termasuk salah satunya soal rencana operasi antiteror yang sifatnya sangat rahasia. AS juga khawatir jika nantinya Cina dapat mengembangkan pangkalan militernya untuk mengambil kontrol strategis atas jalur laut dari Afrika Timur menuju ke Eropa.
Cina dikatakan juga memberi pinjaman kepada Djibouti dengan nilai satu miliar dolar AS untuk keperluan proyek-proyek infrastruktur di negara bekas jajahan Prancis itu. Piutang itu seakan menjadi senjata ekonomi bagi Cina untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan tanduk Afrika.