REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gerakan ilmu harus menjadi gerakan Nasyiatul Aisyiyah. Karena dengan gerakan ilmu bisa mengentaskan problem kebodohan, kemiskinan, dan lain-lain.
‘’Gerakan ilmu yakni pendidikan merupakan gerakan utama dari persyarikatan Muhammadiyah untuk mencerdaskan bangsa. Karena itu NA harus terlibat sebagai gerakan ilmu yang mengutamakan penguasaan ilmu bagi anggota dan masyarakat Indonesia,’’kata Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto dalam menyampaikan amanahnya Pembukaan Tanwir III Nasyiatul Aisyiyah dengan tema “Gerakan Perempuan Muda Berkemajuan untuk Kemandirian Bangsa” di Auditorium Islamic Center Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Kamis (25/8)
Lebih lanjut Agung mengatakan gerakan ilmu merupakan pilar pertama dari tiga pilar gerakan utama yang harus dijalani untuk menciptakan kemandirian bangsa. ‘’Penguasan ilmu menjadi satu hal yang snagat penting. Konon persaingan masa depan tidak lagi pada kepemilikan modal, SDA tetapi pengasaan pada talenta, para tenaga ahli, aar yang menjadi rebutan bagi dunia yang maju yang akan datang,’’tuturnya.
Selanjutnya pilar kedua, kata dia, kalau ingin mandiri, penguasaan ekonomi harus menjadi sesuatu hal yang penting. Karena orang punya uang bisa banyak hal yang dilakukan. Kalau tidak punya uang tidak bisa banyak hal dilakukan. ‘’Mau tidak mau NA harus memikirkan aspek gerakan ekonomi yang dimulai dari gerakan yang kecil menjadi besar. Dan, tren ke depan itu ekonomi yang berbasis kreatif.
Pilar ketiga untuk menciptakan kemandirian bangsa adalah gerakan kebangsaan . Gerakan kebangsaan jauh lebih besar daripada gerakan politik. Dari gerakan kebangsaan bagaimana bangsa bisa terbebas dari konflik/ problem yang dihadapi. ‘’Penguasaan ekonomi bisa mensejahterakan seluruh bangsa di Indonesia dengan gerakan cinta tanah air, cinta Indonesia,’’ungkap dia.