REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Ahmad Safiun mengkhawatirkan pertumbuhan industri semester II akan turun apabila pemerintah tidak segera menetapkan harga gas untuk industri. Apabila harga gas industri masih tetap mahal, maka tidak akan ada investor yang tertarik sehingga pertumbuhan industri menjadi terhambat.
"Sebelumnya pertumbuhan industri terhadap PDB bisa mencapai 28 persen, tapi sekarang tinggal 20 persen," ujar Safiun di Jakarta, Jumat (26/8).
Safiun menjelaskan, FIPGB sudah bertemu dengan SKK Migas dan mendapatkan informasi bahwa landed cost gas hanya 4 dolar AS. Menurutnya, apabila harga gas di hulu murah semestinya di hilir juga disesuaikan. Namun, selama ini yang terjadi adalah harga gas untuk industri di hilir masih tetap tinggi yakni sekitar 9 dolar AS per MMBTU.
Sejak September 2015 pemerintah sudah menjanjikan untuk menurunkan harga gas. Akan tetapi, sudah hampir satu tahun berjalan harga gas tak kunjung turun.
"Kita nggak minta banyak-banyak, bisa turun ke 7 dolar AS saja sudah bagus, apalagi bisa sampai 6 dolar AS. Karena di dunia itu harga gas sejak akhir 2014 sudah turun, sementara kita tetap tinggi," kata Safiun.
Safiun berharap pemerintah segera menurunkan harga gas agar industri nasional bisa berdaya saing, dan dapat menarik investor. Apalagi, bagi beberapa sektor industri, gas merupakan bahan baku yang sangat penting.