REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Tak jarang penumpang harus rela menerima pengumuman delay atau penundaan, bahkan pembatalan jadwal penerbangan pesawat. Bila pemberitahuan tersebut sudah disebarkan, tak ada yang bisa dilakukan selain pasrah atau protes ke pihak maskapai.
Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia menilai keterlambatan terbang pesawat sebenarnya demi kebaikan para penumpang.
Menurut GM AirNav Balikpapan Yusfan Ulya, penundaan penerbangan umumnya disebabkan karena efek domino. Misalnya, sebuah pesawat dari Surabaya yang seharusnya take-off pukul 19.00 WIB, terbang terlambat satu jam dari jadwal.
Ketika pesawat bertujuan Jakarta itu tiba di Bandara Soekarno-Hatta, armada tersebut tidak bisa langsung mendarat karena sudah kehilangan slot parkir. Akibatnya, pesawat harus berputar-putar dulu di angkasa menunggu adanya lahan yang kosong di bandara.
"Katakan pesawat harusnya mendarat pukul 20.30 WIB, tapi karena sudah telat terbang, maka pesawat bisa menunggu satu jam di udara agar bisa turun mendarat," kata dia di kantor AirNav Balikpapan, Jumat (26/8).
Inilah awal mula kelahiran efek domino tersebut. Di sisi lain, misalnya, pesawat dari Balikpapan tujuan Jakarta yang seharusnya berangkat pukul 20.10 WITA (WIB dan WITA berbeda satu jam) harus menunda penerbangan bahkan hingga waktu dua jam.
Hal ini karena kebijakan AirNav memilih agar para penumpang menunggu di bandara ketimbang harus terbang tapi terjebak di udara karena pesawat yang dinaiki tak bisa parkir.
Baca juga, Pemerintah Diminta Benahi Delay Penerbangan.
"Jatah parkir pesawat dari Balikpapan di Jakarta sudah diambil oleh pesawat yang telat terbang dari Surabaya. Inilah penyebabnya, terjadi efek domino yang menyebabkan penerbangan dari kota lain juga harus delay sebelum terbang ke Jakarta," kata dia.
Yusfan menjelaskan, demi menghindari hal sama dengan apa yang terjadi kepada pesawat asal Surabaya, penerbangan dari Balikpapan pun terpaksa ditunda.
"Lebih baik penumpang menunggu di darat meski harus terlambat terbang. Daripada terlanjur terbang tapi karena tak kebagian parkir, harus berputar-putar lama di angkasa, ini lebih riskan untuk penumpang," papar dia.