REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Pemerintah Filipina dan para pemberontak pimpinan Maois menandatangani kesepakatan gencatan senjata tak terbatas pada Jumat (26/8) sebagai bagian dari upaya mengakhiri konflik yang sudah berlangsung hampir lima dekade dan menewaskan sedikitnya 40 ribu orang.
Kesepakatan itu memperpanjang gencatan senjata yang diberlakukan sejak pekan lalu untuk pertemuan Oslo, yang dimulai Senin dan merupakan sesi perundingan formal pertama terkait konflik itu sejak 2011.
"Ada rencana jelas untuk mempercepat perundingan damai," kata Jose Maria Sison, pendiri Partai Komunis yang mengasingkan diri dan tinggal di Belanda, kepada kantor berita Reuters dikutip dari Antara News.
Dia mengatakan kesepakatan gencatan senjata meliputi kerangka waktu untuk pembicaraan mengenai reformasi politik, ekonomi, dan konstitusi. Pembicaraan itu juga memetakan jalur menuju pemberian amnesti bagi tahanan politik. Kedua pihak akan bertemu lagi di Oslo pada 8 Oktober.
Norwegia berperan sebagai fasilitator proses perdamaian itu sejak 2001. Perundingan damai tidak teratur sudah berlangsung sejak 1986.
Presiden yang baru Rodrigo Duterte mengatakan dia ingin mengakhiri perang gerilya dengan pemberontak komunis dan Muslim yang telah menghambat perkembangan ekonomi.