REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Polisi terus mendalami dan menginterogasi IAH (18), pelaku teror bom dan serangan pastor di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan. Dari hasil pemeriksaan sementara, pelaku mengaku melakukan hal tersebut karena terinspirasi dari teror di Prancis beberapa waktu lalu.
"Saat diinterogasi, tersangka mengatakan melihat di internet kejadian-kejadian di Prancis sehingga terinspirasi. Namun, untuk yang lebih mendalaminya ini kita masih melakukan penyelidikan," kata Kapolresta Medan Kombes Mardiaz Kusin Dwihananto, Minggu (28/8) malam.
Mardiaz mengatakan, sejauh ini pihak kepolisian telah memeriksa sembilan saksi. Saksi tersebut, lanjutnya, terdiri dari pihak Gereja dan keluarga pelaku. "Kita juga masih terus berusaha memintai keterangan tersangka. Tersangka masih syok," ujar dia.
Menurut Mardiaz, dari hasil penggeledahan di rumahnya, polisi menemukan coret-coretan tangan milik pelaku. Selain itu, polisi juga menyita kabel, korek yang diambil pentulnya (ujung korek) dan beberapa buku pelajaran robotik.
Terkait ransel tersangka yang diduga sebagai tempat meletakkan bom di dalamnya, Mardiaz mengaku masih dalam proses analisis tim labfor. Pihaknya pun masih mendalami motif yang menjadi latar belakang pelaku. "Tersangka disangkakan pasal terorisme, kemudian Undang-undang darurat dan juga Pasal 340 dan Pasal 338," kata Mardiaz.