REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib menilai teror di gereja Santo Yosep Medan adalah aksi amatir, salah sasaran dan provokatif.
"Itu serampangan dan tujuannya agar masyarakat terpecah belah," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (29/8).
Menurut alumni S2 Kajian Intelijen itu pelaku amatiran karena rangkaian peledak dibuat asal-asalan. Peledak dibuat dari bahan seadanya dan bahkan tidak fatal bagi pelakunya sendiri. Pelaku, kata Ridlwan, salah sasaran dengan menyerang sebuah misa di gereja.
"Itu tidak ada dasarnya kecuali memang tujuannya memecah belah dan adu domba. Kalau ISIS yang ditarget utama adalah aparat polisi dan pemerintah," kata dia.
Menurut Ridlwan, pelaku sengaja menyerang saat misa itu bisa diartikan sebagai cara agar muncul konflik beragama. "Alhamdulillah masyarakat Medan dan Sumut tidak terpancing. Tanjung Balai gagal baru sekarang dicoba dengan serangan Gereja, waspada, " ujarnya.
Ridlwan memuji langkah sigap polisi menangani kasus ini. Jajaran pemerintah daerah (pemda) dan tokoh agama harus segera membuat pernyataan bersama agar tidak berkembang dan pelaku dihukum setimpal.