REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- IAH (18), pelaku teror bom dan penyerangan di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jl Dr Mansyur, Medan, Ahad (28/8), merupakan alumni SMAN 4 Medan. Dia diketahui merupakan siswa yang baru tamat tahun ini.
Pihak SMAN 4 Medan pun telah mengakui hal ini. Wakil Kepala Sekolah sekaligus Humas SMAN 4 Medan Marisda Sipayung mengatakan, pihaknya sempat terkejut dengan tindakan ekstrem yang dilakukan mantan siswanya itu.
Apalagi, lanjut Marisda, selama di SMAN 4 Medan, IAH termasuk siswa yang pendiam dan tertutup. "Anaknya tergolong baik, tidak pernah bermasalah, catatannya bersih, tidak pernah mengganggu atau meributi orang lain," kata Marisda, Senin (29/8).
Marisda mengatakan, sebelum menamatkan pendidikan, IAH duduk di kelas XII IPA 8. Nilai akademisnya tergolong sedang-sedang saja. Tidak ada prestasi menonjol selama di sekolah. Namun, dia tampak tekun mengikuti pelajaran, terutama di bidang eksakta.
"Dia duduk di bangku depan. Anaknya serius di pelajaran saya, kadang sampai berkerut keningnya," kata Marisda yang merupakan guru Fisika.
Di mata Marisda, anak didiknya itu merupakan siswa yang baik dan tidak macam-macam. Dia pun tetap berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya dengan baik meski berbeda agama.
"Tetap dia menyalami, nggak ada masalah. Begitu juga dengan teman-temannya. Cuma dia tertutup, tidak mau ikut kegiatan siswa lainnya, misalnya acara atau foto-foto, dia tidak mau ikut," kata Marisda.
Pihak SMAN 4 Medan pun mengaku terkejut dengan aksi teror yang dilakukan IAH. Mereka merasa prihatin karena remaja itu baru saja tamat dari sekolah.Untuk menghindari persoalan yang sama di kemudian hari, Marisda berharap semua pihak, termasuk orang tua untuk lebih proaktif mengawasi pergaulan anak mereka. Dia menilai, orang tua IAH sebenarnya termasuk proaktif memperhatikan perkembangan anaknya.