REPUBLIKA.CO.ID, Olimpiade Rio 2016 telah berakhir, atlet-atlet olahraga berbagai cabang tengah beristirahat sejenak. Namun di belahan dunia lain, tepatnya di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, atlet olimpiade lainnya tengah mengadu taktik dan keterampilan untuk menjadi nomor satu.
Adalah Universitas Padjadjaran yang menggelar Olimpiade Olahraga Tradisional (OOTRAD) 2016 di Kampus Jatinangor. Berbagai ‘cabang olahraga’ tradisional dipertandingkan dalam acara ini. Mulai dari tarik tambang, galah asin, layangan adu, egrang hingga melukis layangan. Pesertanya pun beragam mulai dari usia taman kanak-kanak hingga dewasa.
Peserta datang dari 12 desa di Kecamatan Jatinangor, 13 kabupaten kota se-Jawa Barat, civitas akademika Unpad dan komunitas ikut meramaikan gelaran untuk kalo ke-9 ini.
Untuk menjunjung asas fairplay, nomor tarik tambang diatur berdasar berat badan peserta. Sementara balap egrang memiliki beberapa nomor jarak tertentu untuk diperlombakan. Mulai dari 50, 100, 200, hingga 1500 meter.
Selain nomor cabor tersebut juga dilombakan sapta lomba yang antrara lain melombakan ti Lomba Nyuhun Jukut (memikul rumput pakan ternak), Lomba Nyuhun Suluh (memilkul kayu bakar), Manggul Beas (memikul (karung) beras), dll. Sebelumnya pawai alegoris ikut memeriahkan acara ini termasuk parade stand kuliner tradisional.
Olimpiade dengan cita rasa lokal ini menjadi wahana melestarikan berbagai permainan tradisional anak-anak yang banyak memanfaatkan gerak fisik. Permainan tradisional yang semakin terlupakan gerak jempol pada gadget yang dimiliki anak Indonesia.