Selasa 30 Aug 2016 14:50 WIB

Presiden Brasil Nyatakan tak Bersalah dalam Sidang Pemakzulan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Dilma Rousseff
Foto: Reuters/Ueslei Marcelino
Dilma Rousseff

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Dalam sidang pemakzulan yang berlangsung selama 14 jam pada Senin (29/8), Presiden non-aktif Brasil, Dilma Rousseff menyatakan ia tak bersalah.

Ia juga menyebut wakil presidennya Michel Temer sebagai seorang perampas dan memperingatkan pada para senator jika mereka akan diingat dengan buruk dalam sejarah karena telah menggulingkan pemimpin yang telah terpilih secara demokratis atas tuduhan palsu.

Kehadiran Rousseff diantisipasi penuh oleh para senator, yang akan memutuskan apakah Rousseff akan dicopot dari jabatannya. Namun sidang tersebut berjalan lebih tenang dari tiga sidang pemakzulan sebelumnya.

"Saya tahu saya akan diadili, tapi hati nurani saya jelas. Saya tidak melakukan kejahatan," ujar Rousseff, di depan para senator.

Dalam kata-kata terakhirnya, ia juga memohon kepada ke-81 senator untuk membiarkannya kembali melakukan tugas. Para senator menanggapinya dengan baik. "Saya butuh kalian semua, terlepas dari partai politik apa," katanya.

Baca: Rousseff Desak Senat Tolak Pemakzulannya

Di tengah masa jabatan keduanya, Rousseff yang berhaluan kiri ini telah dituduh melanggar aturan fiskal pada 2015 untuk menyembunyikan masalah anggaran federal. Namun, ia membantah telah melakukan hal itu.

Rousseff mengatakan, saat ia terpilih kembali dalam pemilu 2014 oleh lebih dari 54 juta orang, ia tidah pernah melanggar konstitusi yang ada. Semua yang ia lakukan diakuinya adalah yang terbaik untuk Brasil.

Sebelum menjadi presiden perempuan pertama Brasil, Rousseff adalah mantan pejuang gerilya yang sempat dipenjara dan disiksa dalam sistem kediktatoran negara itu. Rousseff mencoba menghubungkan kenangan masa lalunya dengan situasi saat ini. "Saya bisa merasakan pahitnya ketidakadilan," tutur Rousseff.

Ia mengatakan, pada awal 2015 anggota parlemen oposisi mulai menciptakan iklim ketidakstabilan dengan menolak untuk bernegosiasi. Menurutnya, mereka melemparkan isu 'bom fiskal' setelah terjadi penurunan pendapatan pemerintah karena kemerosotan perekonomian.

Rousseff menambahkan, proses pemakzulan telah memperburuk resesi di negara dengan perekonomian terbesar di Amerika Latin. Ia menyalahkan oposisi yang menyatakan ia harus dimakzulkan agar iklim perekonomian membaik.

Berbicara tentang Temer, Rousseff mengatakan warga Brasil tidak akan pernah memilih seorang pria kulit putih untuk memimpin negara yang 50 persen penduduknya tidak berkulit putih. Kabinet yang ditunjuk Temer telah dikritisi karena kurangnya keragaman. Bahkan tiga menterinya terpaksa mundur setelah satu bulan menjabat karena korupsi.

Untuk bisa dimakzulkan, sedikitnya 54 dari 81 senator harus memberi dukungan pemakzulan. Hitungan oleh media lokal menunjukan, ada 52 senator yang mendukung, sementera 18 senator menentang, sedangkan 11 lainnya belum memberikan suara.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement