REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama lewat Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Badan Litbang dan Diklat menggelar seminar internasional Alquran. Acara diadakan sekaligus sebagai peringatan 1.450 tahun turunnya kitab suci Alquran.
Mengangkat tema Peran Mushaf Alquran dalam Membangun Peradaban Islam dan Kemanusiaan, seminar diawali lagu Indonesia Raya dan pembacaan ayat-ayat suci Alquran oleh qori internasional asal Indonesia, Raden Harmoko.
Kepala Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, Abdurrahman Mas'ud, mengungkapkan sejumlah tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan seminar internasional seperti mengungkap historis penyalinan mushaf Alquran.
Selain itu, seminar diharapkan dapat mengungkap kontribusi Alquran dalam peradaban manusia, seni dan budaya umat manusia dan meluruskan kesalahpahaman penyalinan Alquran. Terakhir, seminar dimaksudkan agar dapat melahirkan kesepakatan dan kesepahaman para ulama, tentang inovasi penyalinan Alquran sekaligus tafsir yang terkandung di dalamnya.
"Alquran merupakan naskah kitab suci yang paing banyak disalin ulang, dan hampir tidak ada negara di dunia yang tidak menerjemahkan Alquran," ungkap Abdurrahman Mas'ud dalam sambutannya, Selasa (30/8).
Ia menerangkan, perkembangan penyalinan Alquran sejak jaman sahabat, sudah memunculkan berbagai disiplin ilmu, serta gagasan untuk memperindah tulisan yang akhirnya melahirkan seni kaligrafi. Selain itu, perkembangan telah mendorong alim ulama mengembangkan bahasa dan sastra Arab, sehingga memicu upaya penerjemahan makna Alquran dengan berbagai bahasa di dunia.
Seminar internasional Al Qur'an yang berlangsung tiga hari 30 Agustus - 1 September itu, dihadiri pakar-pakar Alquran dari sejumlah negara-negara Islam seperti Mesir, Yordania, Pakistan dan lain-lain. Selain itu, pakar-pakar Alquran dari Tanah Air yang turut menghadiri seminar di antaranya Dr KH Ahsin Sakho Muhammad dan Ustaz Yusuf Mansur.