REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Dinas Kelautan dan perikanan (DKP) Provinsi DIY memperkirakan, potensi ikan tangkap di pantai selatan DIY mencapai 95-100 ribu ton per tahun. Namun, saat ini, hasil tangkapan ikan di DIY masih sangat jauh dari potensi yang ada. "Yakni baru 6.000 ton per tahun," Kepala DKP DIY Sigit Sapto Rahardjo disela-sela pembukaan Musyawarah Daerah Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) DIY, di ruang pertemuan DKP DIY, Selasa(30/8).
Menurut dia, potensi ikan tangkap di pantai selatan lebih dari 500 spesies. Namun, masih banyak yng belum diketahui. Selain ikan, ada potensi hasil laut lain, seperti rumput laut atau ikan hias.
Dikatakan Sigit, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tangkapan ikan di DIY. Salah satunya, karena masih adanya mitos terkait pantai selatan DIY.
"Wilayah pantai selatan ada 'penunggunya' dan ini yang membuat nelayan takut melaut. Meskipun demikian, mitos itu sudah mulai berubah, dengan konsep Gubernur DIY tentang Among Tani Dagang Layar," ujarnya.
Setelah adanya konsep tersebut, maka mulai banyak penduduk yang beralih dari tani menjadi nelayan. Namun diakui Sigit, kemampuan nelayan DIY masih lebih rendah bida dibanding dengan nelayan daerah lain. Hal itu ditambah dengan kebiasaan nelayan DIY yang tidak suka lama melaut.
"Biasanya nelayan DIY hanya one day trip, karena jiwanya bukan pelaut. Sehingg, tidak betah lama di laut," kata Mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini.
Sigit mengusulkan, agar bantuan kapal diberikan ke Pemda DIY, baru kemudian dipinjamkan ke nelayan. Usulan tersebut juga untuk membantu nelayan, jika kapalnya mengalami kerusakan. "Kalau diserahkan kepada Pemda DIY, ada kerusakan bisa kami perbaiki. Kalau nelayan yang memperbaiki sendiri, nanti malah bisa terjebak di tengkulak," ujarnya.
Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) DIY KPH Wironegoro mengatakan, masalah utama yang harus segera diubah adalah mindset masyarakat DIY dari agraris ke maritim. Sesuai dengan konsep Among Tani Dagang Layar. Visi misi tersebut sudah dibuktikan dengan pembangunan jalur jalan lintas selatan (JJLS), bandara baru di pesisir selatan Kulonprogo, maupun Pelabuhan Tanjung Adikarto. Karena itu, dia menyayangkan, apabila masyarakat DIY terutama yang di wilayah selatan, tidak memanfaatkan hal itu.